“Kejarlah Janji", Film Pemilu yang Mengajak Penonton Bijak Memilih

PRINDONESIA.CO | Rabu, 10/01/2024 | 1.374
Film menjadi alat yang diyakini ampuh untuk melakukan sosialisasi kepada publik.
KPU RI

Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan berbagai cara untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu 2024, salah satunya lewat film.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 semakin dekat. Komisi Pemilihan Umum (KPU) merilis film Kejarlah Janji sebagai alat komunikasi efektif untuk meningkatkan partisipasi pemilih.

Film yang merupakan kolaborasi antara KPU dengan Asta Jaya Centra Cinema, Padi Padi Creative, dan Garin Workshop ini tayang perdana di Studio XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta, Jumat (15/9/23).

Ketua KPU Hasyim Asy’ari mengatakan, keberadaan film ini bertujuan untuk menjadikan pemilu sebagai sarana pemersatu bangsa. Dengan adanya film ini, KPU juga berharap dapat mengajak masyarakat agar dapat menggunakan hak pilihnya dengan bijak.

“Melalui film Kejarlah Janji, kami ingin membangun kesadaran bersama untuk menciptakan pemilu sebagai sarana integrasi bangsa,” katanya melalui siaran pers KPU, Jumat (15/9/2023).

Selain itu, film ini juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran para pemilih agar melawan politik uang, politik identitas dan SARA, serta membangun sikap toleransi.  

Senada dengan Hasyim. Garin Nugroho, sutradara film ini, meyakini karya sinematik memiliki kemampuan untuk memengaruhi opini, sikap, dan perilaku penonton. “Film merupakan medium civic education yang sangat langka,” katanya.

Di satu sisi, ujar pria yang mulai dikenal luas lewat karyanya berjudul Cinta dalam Sepotong Roti itu, pendekatan drama komedi dalam film ini menjadi salah satu cara untuk mengelola warga pemilih di berbagai wilayah Nusantara.

Alat Komunikasi Massa  

Menurut Dennis Mcquail, profesor komunikasi asal Inggris, dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa (2011), menjelaskan bahwa film adalah media massa yang mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dan cepat. Lebih jauh, dia juga menyatakan pesan yang terkandung dalam film merefleksikan kondisi masyarakat.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Nurudin, penulis sekaligus dosen komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa (2007), ia menilai film sebagai salah satu media yang dapat dengan mudah diterima oleh komunikan.

Tampaknya pertimbangan inilah yang membuat KPU begitu percaya diri untuk merilis film ini. Bagaimana menurut Sobat PR? (dlw)