Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengklaim sudah menghapus 51 konten hoaks selama masa kampanye Pemilu 2024. Yuk, kenali jenis-jenis hoaks.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Pemilu 2024 tinggal 29 hari lagi. Salah satu hal yang perlu diwaspadai praktisi public relations (PR) menjelang pesta demokrasi ini adalah penyebaran berita bohong (hoaks). Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), selama masa kampanye sejak 28 November 2023 hingga 11 Januari 2024, terdapat 175 klarifikasi terkait hoaks seputar Pemilu 2024. Sebanyak 51 di antaranya sudah berhasil dihapus.
Mengutip informasi dari kominfo.go.id, Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menjelaskan bahwa secara data kumulatif, jumlah hoaks kali ini jauh menurun dibandingkan dengan tahun 2019. Namun, ia tetap memberikan peringatan bahwa hoaks masih menjadi ancaman bagi demokrasi Tanah Air.
Nah, untuk itu PR perlu mengetahui jenis-jenis hoaks. Mengutip buku 12 Isu Komunikasi Terkini (2021) yang diterbitkan oleh PR INDONESIA, berikut setidaknya tujuh jenis hoaks yang perlu diwaspadai:
1. Fake News (berita bohong)
Berita bohong merupakan upaya menggantikan berita asli dengan maksud menyisipkan informasi palsu. Penulis berita bohong cenderung menambahkan elemen yang tidak benar dan teori konspirasi. Semakin fantastis semakin berita dianggap menarik.
2. Clickbait (tautan jebakan)
Clickbait adalah tautan yang ditempatkan dengan strategis di dalam suatu situs dengan tujuan menarik orang untuk mengunjungi situs lain. Konten dalam tautan ini mungkin sesuai dengan fakta, tetapi judulnya sering dibuat berlebihan atau menggunakan gambar yang memancing perhatian pembaca.
3. Confirmation Bias (bias konfirmasi)
Bisa konfirmasi merupakan kecenderungan untuk menginterpretasikan kejadian terbaru sebagai bukti yang mendukung kepercayaan sebelumnya.
4. Misinformasi
Misinformasi merupakan informasi yang salah atau tidak akurat. Hoaks jenis ini tujuannya sudah jelas untuk menipu atau mengelabui.
5. Satir
Tulisan ini mengandalkan humor, ironi, dan pemanfaatan hiperbola untuk mengomentari peristiwa hangat. Berita satir seringkali muncul dalam pertunjukan televisi seperti “Saturday Night Live” dan “This Hour has 22 Minutes”.
6. Post-truth (pascakebenaran)
Ini adalah jenis kebohongan yang menyamar sebagai kebenaran. Dalam hal ini, emosi lebih memainkan peran daripada fakta dalam membentuk opini publik.
7. Propaganda
Hoaks jenis ini menyebarluaskan informasi, fakta, argumen, gosip, setengah kebenaran, bahkan kebohongan dengan tujuan memengaruhi opini publik.
Masih dari sumber yang sama, Mariam Mariam F. Barata saat menjabat Direktur Tata Kelola Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan, ada berbagai penyebab hoaks tumbuh subur di Indonesia.
Salah satunya adalah karakteristik masyarakat Indonesia yang cenderung kurang melakukan pengecekan sumber dan validitas berita. Masyarakat lebih suka mencari kebenaran sesuai dengan persepsi pribadi. (jar)
- BERITA TERKAIT
- Hasan Nasbi Resmi Melantik Jajaran Kantor Komunikasi Kepresidenan
- Menkomdigi Akan Soroti Peran Komunikasi Digital untuk Citra Bangsa di WPRF 2024
- Raih Penghargaan Golden World Award 2024, LMAN Akan Tingkatkan Inovasi
- Presiden Prabowo Imbau Kabinet Merah Putih Agar Aktif dan Terbuka Berkomunikasi
- Konstruksi Indonesia 2024: Upaya Kementerian PU Tingkatkan Daya Saing