
AHI 2025 dianggap sukses mencetak standar baru kompetisi kehumasan Indonesia berkat program peserta yang kreatif, strategis, dan berdampak. Namun, ada beberapa catatan yang perlu ditindaklanjuti agar kompetisi ini makin progresif. Seperti apa?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dewan juri Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2025 bersepakat bahwa ajang tahun ini berhasil mencetak standar baru dalam lanskap kompetisi kehumasan di tanah air. Kualitas program para peserta yang melampaui ekspektasi, kata dewan juri yang terdiri dari CEO HUMAS INDONESIA Asmono Wikan, CEO Magnitude Indonesia Abdul Rahman Ma’mun, Ketua Ikatan Pranata Hubungan Masyarakat Indonesia (Iprahumas) Fachrudin Ali, Wakil Rektor I LSPR Institute Janette Maria Pinariya, dan Head of Corporate Communications PT Chandra Asri Pacific Chrysanthi Tarigan, membuktikan adanya pergeseran dari pendekatan teoretis menuju eksekusi yang kreatif, strategis, dan berdampak nyata.
Secara kolektif kelima dewan juri memberikan apresiasi tinggi terhadap inovasi yang ditampilkan para peserta. Abdul Rahman Ma'mun misalnya, menekankan bahwa inovasi dan kreativitas peserta tahun ini lebih menonjol dibanding tahun sebelumnya. Menurutnya, peserta tahun ini tidak hanya mengejar teori kehumasan, tetapi melakukan pendekatan lebih efektif dan kreatif untuk menjangkau target audiens mereka. "Kesan saya terhadap para peserta AHI, terutama yang masuk pada tahap wawancara, itu luar biasa," ungkap Ketua Komisi Informasi Pusat periode 2011-2013 tersebut ketika dihubungi HUMAS INDONESIA, Jumat (22/8/2025).
Sementara itu Fachrudin Ali yang meski baru pertama kali menjuri di ajang AHI, mengaku terkesan dengan kualitas peserta secara keseluruhan. Dalam konteks ini, ia mengapresiasi semua peserta yang sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. "Pesertanya luar biasa, bagus semua untuk semua kategori," katanya kepada HUMAS INDONESIA, Rabu (20/8/2025).
Meski demikian, dewan juri AHI 2025 bukan tidak punya catatan kritis untuk para peserta. Para juri pun menitipkan sejumlah masukan konstruktif demi memastikan AHI tetap menjadi katalisator utama keunggulan profesi humas di Indonesia di masa depan. Janette Maria Pinariya misalnya, menyoroti pentingnya pendekatan program yang strategis dan terukur.
Di sini, ia berharap peserta mampu menampilkan karya yang tidak hanya menarik secara komunikasi, tetapi juga dilandasi riset, perencanaan matang, serta memberikan hasil yang bisa dievaluasi sesuai dengan maklumat pelayanan publik. "Hal ini penting agar profesi humas khususnya PPID, semakin diakui kontribusinya dalam mendukung tujuan organisasi maupun pembangunan nasional dengan keterbukaan informasi publik yang terukur dan relevan," jelasnya kepada HUMAS INDONESIA, Sabtu (23/8/2025).
Standar Baru dan Diversifikasi Peserta untuk Masa Depan
Lebih jauh, Abdul Rahman Ma'mun mengidentifikasi tiga tren menarik dari program-program yang dikompetisikan. Dalam pantauannya, peserta kini tidak lagi sekadar memberi informasi, tetapi fokus pada pemberdayaan publik, berani menggunakan pola komunikasi yang tidak konvensional, serta berhasil membuktikan bahwa transparansi mampu mendatangkan keuntungan nyata. "Misalnya bagi universitas. Ketika keterbukaan informasi digunakan dan bermanfaat, benefit yang bisa diambil kampus adalah pendaftarnya makin banyak," ucapnya.
Melihat kualitas peserta yang semakin tinggi, pria yang karib disapa Aman itu juga menyarankan agar pihak penyelenggara AHI mulai merancang kriteria penilaian yang lebih progresif di tahun-tahun mendatang. "Perlu riset yang lebih dari sekadar survei kepuasan untuk mengecek kemanfaatan di tingkat audiens," tambahnya.
Melengkapi Aman, Fachrudin Ali mengusulkan adanya peningkatan diversifikasi peserta. Menurutnya, AHI 2025 masih didominasi oleh BUMN dan instansi pemerintah pusat, sehingga keterwakilan dari pemerintah daerah dan BUMD perlu didorong lebih kuat. "Mungkin itu yang bisa diangkat agar mereka terlibat dalam ajang ini," kata praktisi komunikasi dari Kementerian Kesehatan tersebut.
Sementara itu dari perspektif akademisi, Janette berharap AHI dapat memperkuat aspek edukasi dan memberikan manfaat lebih kepada para peserta. Dalam konteks ini ia menyarankan adanya sesi knowledge sharing dari para pemenang edisi sebelumnya untuk berbagi praktik terbaik. "Sehingga penyelenggaraan AHI menjadi ruang pembelajaran bersama," ujarnya.
Selaras dengan itu, Janette juga berpesan agar para peserta di masa depan dapat semakin inovatif di tengah tantangan teknologi digital dan kebutuhan publik yang kian beragam. "Kolaborasi lintas sektor dengan seluruh stakeholder akan semakin memperkuat peran humas dan PPID agar lebih bermakna dan bernilai," tutupnya. (ARF)
- BERITA TERKAIT
- Kesan dan Catatan dari Dewan Juri KaHI 2025
- Dewan Juri AHI 2025 Titipkan Sejumlah Catatan bagi Peserta dan Penyelenggara
- Penjurian KaHI 2025: Memberdayakan Lewat Komunikasi
- Penjurian KaHI 2025: Perempuan di Tengah Industri yang Dikenal Maskulin
- Penjurian KaHI 2025: Mengedukasi dan Menjadi Agen Perubahan