
Wali Kota Surakarta Respati Adi menegaskan pentingnya menghidupkan kembali fungsi radio amatir (ORARI) sebagai jalur komunikasi alternatif yang aman dan terpercaya.
SURAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut Wali Kota Surakarta Respati Ardi, kerusuhan yang terjadi dalam aksi massa beberapa waktu terakhir di beberapa kota di Indonesia seperti di Surakarta, dipicu salah satunya oleh penyalahgunaan media sosial. Di sini, ia merujuk kepada interaksi dalam siaran langsung di media sosial yang dianggap memprovokasi.
Dalam pengamatannya, Respati menjelaskan, interaksi dalam siaran langsung seperti menominalkan rupiah atau gift untuk setiap kerusakan yang dilakukan telah berhasil memicu reaksi di lapangan. “Selayaknya game, inilah yang membuat anak muda sangat reaktif,” ucapnya dikutip dari Mettanews.id, Minggu (7/9/2025).
Respati pun menilai, pola komunikasi digital yang lepas kendali seperti itu kian berbahaya ketika dibarengi dengan beredarnya pesan palsu yang mengatasnamakan pemerintah kota. Dalam konteks ini, menurutnya, peran saluran komunikasi alternatif yang lebih kredibel dan dapat dipercaya publik seperti radio kian penting untuk menavigasi informasi.
Untuk itu, Respati mendorong adanya kolaborasi pemerintah kota dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Tujuannya tidak hanya sebagai cadangan komunikasi bencana, tetapi juga untuk mendukung program sosial, edukasi publik dan menjadi benteng melawan hoaks.
Sebelumnya pada Rabu (3/9/2025), ORARI Pusat juga telah menerima kunjungan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Dalam kesempatan tersebut dibahas potensi kerja sama terkait pemanfaatan teknologi radio amatir dalam mendukung komunikasi pada situasi darurat. “Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat konektivitas nasional, meningkatkan resiliensi komunikasi darurat, dan mendurukung kesiapsiagaan negara dalam menghadapi ancaman keamanan siber dan potensi bencana,” ucap Ketua UMUM ORARI Donny Imam Priambodo dalam keteranganya, Jumat (5/9/2025).
Komunikasi Langsung
Merujuk teori Media Richness oleh Daft & Lengel (1986), efektivitas media ditentukan oleh tingkat richness atau kemampuan menyampaikan pesan kompleks secara cepat dan jelas. Dalam konteks ini, radio amatir memiliki tingkat richness yang tinggi untuk komunikasi instruksional dan koordinatif karena bersifat real time, rentan gangguan dan dapat menjangkau komunitas terpencil.
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian bertajuk Penerapan Komunikasi Bencana Oleh Radio Komunitas Dalam Penanganan Bencana (Studi Kasus Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Semeru oleh Radio Darurat Semeru) (2023) karya Riski. Dijelaskan bahwa radio darurat terbukti efektif menyampaikan informasi real-time tentang status erupsi Gunung Semeru, koordinasi bantuan hingga proses pemulihan. Menariknya, setelah masa tanggap darurat berakhir, radio punya potensi untuk bertransformasi menjadi saluran komunitas warga.
Dengan demikian, menghidupkan kembali radio amatir bukan hanya sebagai solusi teknis, melainkan juga bagian dari praktik komunikasi publik yang strategis. Hal tersebut dapat memperkuat resiliensi informasi dan mewujudkan komunikasi inklusif, adaptif, dan terpercaya. (EDA)
- BERITA TERKAIT
- Cara Kemendikdasmen Perkuat Pemahaman “Stakeholder” tentang Kebijakan
- Berkaca dari Demo Tempo Hari, Wako Surakarta Dorong Peran Radio Amatir
- Kemenag Dorong Satker Fokus Kepada Publikasi Kinerja Berdampak
- Kementerian ATR/BPN Pandang Komunikasi Publik Sebagai Kunci Pengelolaan Aduan
- Belajar dari Demo Sepekan Terakhir, Apa yang Bisa Dilakukan GPR?