
Melalui aksi nyata pada program literasi keuangan bersama PPDI dan penguatan narasi pesan tentang keamanan digital, Rupiah Cepat berupaya menghimpun kepercayaan publik sekaligu memperkuat citra positif perusahaan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Platform financial technology (fintech) peer-to-peer lending Rupiah Cepat diketahui tengah mereposisi strategi komunikasinya untuk membangun kepercayaan publik di tengah dinamika yang dihadapi seperti meningkatnya laporan pengaduan konsumen, hingga pengawasan ketat dari regulator.
Menariknya, hal tersebut dilakukan Rupiah Cepat bukan dengan bersikap defensif. Untuk hal itu, perusahaan justru menanggapi persoalan yang berkembang dengan perbaikan internal dan peningkatan komunikasi publik. Salah satunya dengan mempertegas pesan edukasi mengenai keamanan digital, dan perbedaan antara platform pinjaman berizin dan yang ilegal.
Presiden Direktur Rupiah Cepat Anna Maria Chosani menilai, amplifikasi narasi tentang perbedaan platform resmi dan ilegal tersebut penting dilakukan. Oleh karena itu, dalam momentum Bulan Inklusi Keuangan Nasional (BIKN) 2025, Rupiah Cepat turut menggencarkan kolaborasi program literasi keuangan digital bersama Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI).
Lewat program corporate social responsibility (CSR) berbasis edukasi publik itu, Rupiah Cepat yang juga menyalurkan dana senilai Rp100 juta kepada PPDI, ingin membangun pemahaman bersama di masyarakat tentang perbedaan platform pinjaman resmi dan ilegal. “Pinjaman daring (pindar) itu berizin dan diawasi OJK, memiliki mekanisme perlindungan konsumen yang ketat. Tapi di luar sana, masih banyak pinjaman online (pinjol) ilegal yang mencatut nama fintech resmi untuk menipu masyarakat. Kami ingin publik paham betul perbedaannya,” ujar Anna menegaskan pentingnya edukasi dan literasi terkait platform pinjaman uang dilansir dari MIX.co.id, Kamis (9/10/2025).
Pemimpin Narasi
Langkah yang diambil Rupiah Cepat dapat dilihat sebagai upaya dalam mengubah sentimen negatif menjadi titik balik membangun ulang kepercayaan publik. Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa upaya tersebut tidak berhenti pada penciptaan pesan positif semata, tetapi juga pada penguatan narasi yang berbalut nilai. Hal tersebut sejalan dengan apa yang pernah disampaikan CEO Infipop Irfan Prabowo, bahwa praktisi public relations (PR) kiwari ini harus mampu menjadi pemimpin narasi publik.
Menurut pria yang kerap disapa Fanbul itu, tugas utama praktisi PR hari ini bukan lagi sekadar menyiarkan pesan, tetapi menciptakan percakapan yang autentik dan bermakna bagi audiens. “PR dapat membangun kepercayaan publik melalui percakapan yang tulus dan bernilai. Sebab, sekali publik tidak percaya, maka niat baik sekalipun tidak akan mendapat dukungan,” ujarnya dalam workshop Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2025 di Surabaya, Rabu (24/9/2025).
Untuk dapat memastikan efektivitas strategi komunikasi berbasis narasi, pesan Fanbul, praktisi PR harus melandaskan penyusunannya kepada empati dan transparansi. Di samping itu, wajib pula dibarengi dengan aksi nyata sehingga pada akhirnya dapat menghimpun kepercayaan publik dan memperkuat citra positif perusahaan. (EDA)
- BERITA TERKAIT
- Menengok Strategi Komunikasi Rupiah Cepat Hadapi Dinamika Industri Fintech
- Jasa Raharja Dorong Komunikasi Akuntabel Melalui Sistem “GCG”
- Dorong Komunikasi Inklusif, Pertamina Patra Niaga IT Bitung Gaet Komunitas Tuli
- PalmCo Perkuat Transparansi Komunikasi dengan “Owned Media” Anyar
- Pertamina Optimalkan Media Digital untuk Transparansi Informasi Energi