Ramiaji Kusumawardhana, Deputy Trade Attache Perutusan Tetap Republik Indonesia pada kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa, WTO dan organisasi internasional di Geneva, menegaskan, peran PR bukan hanya penyampai pesan tetapi juga membangun komunikasi dua arah sekaligus memperkuat legitimasi organisasi dalam menangani isu global.
SURABAYA, PRINDONESIA.CO – Di tengah dinamika diplomasi multilateral yang kian kompleks, public relations (PR) berada di titik kunci yang dapat memastikan bahwa pesan, posisi, dan negosiasi dapat dipahami secara tepat oleh seluruh pemangku kepentingan. Hal tersebut diamini Ramiaji Kusumawardhana, Deputy Trade Attache Perutusan Tetap Republik Indonesia pada kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa, WTO dan organisasi internasional di Geneva.
Ia menyepakati bahwa dalam konteks kekinian praktisi PR bukan hanya sekadar penyampai informasi, tetapi lebih kepada membangun komunikasi dua arah dalam kerangka multilateral yang melibatkan ratusan negara dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, menurutnya, strategi komunikasi yang terencana dan presisi menjadi fondasi utama PR hari ini.
Setiap pesan, terang Ramiaji, akan berpengaruh pada posisi negara di forum global. Dalam konteks in, lanjutnya, diplomasi tidak hanya berlangsung dalam ruang negosiasi verbal, tetapi juga melalui dokumen yang terus dipertukarkan antaranggota. “Dokumen tersebut sebagai bagian dari komunikasi yang membentuk sikap, responsif dan keputusan organisasi internasional dan setiap dokumen yang dikirim akan dibalas negara anggota lain. Itu juga merupakan bentuk praktik PR,” ujarnya dalam kuliah tamu Departemen Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Kamis (20/11/2025), dikutip dari resmi unair.ac.id, (Senin, 24/11/2025).
Membangun dan Mempertahankan Legitimasi
Pandangan Ramiaji selaras dengan temuan penelitian berjudul Dampak Diplomasi Digital Pada Komunikasi Internasional (2024) karya Lubis dkk. Dijelaskan bahwa diplomasi modern tidak lagi terbatas pada negosiasi verbal di ruang pertemuan, tetapi juga berlangsung melalui berbagai bentuk pertukaran pesan di ranah digital. Hal tersebut praktis menegaskan peran strategis PR sebagai penghubung dalam memastikan konsistensi pesan dan menjaga kredibilitas negara maupun organisasi.
Dalam tataran organisasi global, PR sejatinya berfungsi dalam memperkuat legitimasi organisasi ketika menangani isu global. Ramiaji mencontohkan dengan bagaimana peran badan pengungsi PBB yang bekerja di wilayah konflik seperti Palestina, dan bagaimana PR membantu menjelaskan tujuan organisasi kepada publik.
Secara garis besar, Ramiaji menekankan, PR hari ini bukan hanya alat komunikasi, tetapi sebuah fondasi yang memastikan organisasi internasional dapat berinteraksi, merespons, dan menjaga kepercayaan publik. (EDA)
- BERITA TERKAIT
- Kuliah Tamu Unair Sorot Peran PR dalam Tata Kelola Organisasi Global
- Demi “Branding”, Itera Dorong Penguatan Komunikasi Publik di Media Sosial
- Untirta Dorong Mahasiswa Kuasai Riset Media dan Komunikasi Digital
- Umsida Buka Program Magister Ilmu Komunikasi, Fokus di Bidang PR dan “New Media”
- Kuliah Umum Prof. Cho Sook Kyong di UI Soroti Pentingnya Komunikasi Sains