Praktisi Komunikasi Korporat dan Mitigasi Reputasi Iskandar Tumbuan menekankan bahwa komunikais strategis bukan soal suara yang paling nyaring di panggung, tetapi tentang suara yang paling dipercaya saat pangguh roboh.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Di banyak organisasi, fungsi Corporate Communication dan Corporate Secretary sering terlihat paling sibuk di lapangan, di panggung, di belakang layar. Tapi diam-diam, ada pertanyaan mendasar yang sering tidak kita jawab: "Apakah kesibukan kita benar-benar menyentuh inti peran strategis, atau justru terjebak dalam rutinitas teknis dan seremoni?"
Mari kita jujur. Berapa banyak energi tim komunikais yang habis untuk mengelola acara seremonial, menyusun rundown, mencari vendor backdrop, atau mengatur gimmick launching produk? Dan berapa banyak waktu yang benar-benar kita alokasikan untuk membangun narasi reputasi, mengelola risiko komunikasi atau menjaga konsistensi pesan strategis perusahaan?
Corporate Communication dan Corporate Secretary seharusnya menjadi garda depan dalam menjaga kredibilitas dan legitimasi perusahaan. Namun, realitanya tak jarang kita justru sibuk menyusun kursi VIP atau mengurus konsumsi rapat. Kita tahu cara menyusun notulen dengan sempurna, tapi kadang luput membaca gejala krisis yang muncul di kolom komentar. Kita cekatan saat event, tapi gagap saat reputasi terguncang.
- BERITA TERKAIT
- Saatnya Corporate Communication & Corporate Secretary Kembali ke Jalur Reputasi
- Memahami Social License to Operate (SLO)
- Menafsirkan Kembali Public Affairs untuk Membangun Reputasi dan "Bussiness Sustainability"
- Public Affairs vs Public Relations vs Government Relations: Menata Peran di Indonesia
- Bahasa Empati di Tengah Birokrasi: Warna Baru Komunikasi Publik ala Purbaya