Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) membantah menggunakan jasa influencer sebagai buzzer untuk mengatasi krisis mereka di media sosial.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Upaya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) memulihkan reputasi yang tercoreng di media sosial belum membuahkan hasil. Terakhir, direktorat di bawah Kementerian Keuangan itu dianggap mencoba menggandeng influencer bernama Bima Yudho Saputro menjadi buzzer melalui agensi. Warganet merespons langkah tersebut dengan sinisme.
Sadar akan hal itu, Bea Cukai memberikan pernyataan melalui Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa DJBC Nirwala Dwi Heryanto yang membantah tudingan tersebut. “Kami tidak menggunakan jasa buzzer untuk mendiskreditkan opini masyarakat, khususnya terkait isu yang sedang ramai diperbincangkan saat ini," ujarnya melalui siaran pers, Senin (6/5/2024).
Meski demikian, Bea Cukai mengaku memang pernah mengajak influencer untuk bekerja sama. Namun, Nirwala menegaskan, konteks kerja sama tersebut adalah mengedukasi masyarakat tentang layanan kepabeanan dan cukai. “Tujuannya untuk memaksimalkan jangkauan publisitas dan menyederhanakan informasi agar lebih mudah dipahami masyarakat,” imbuhnya.
Diketahui, Bea Cukai dalam beberapa waktu terakhir menghadapi rentetan kasus yang mengancam reputasi. Pertama, seorang warga mengeluhkan bea masuk yang berlebihan terhadap barang miliknya. Disusul kemudian oleh penahanan barang milik kreator konten, dan ditambah penahan kiriman hibah alat belajar dari Korea Selatan.
Penggunaan Buzzer
Respons warganet terhadap Bea Cukai yang diduga menggunakan buzzer untuk mengatasi krisis merupakan pelajaran tersendiri bagi praktisi public relations (PR). Bahwa, langkah yang keliru hanya dapat memperburuk reputasi. Untuk itu, mengutip ivosights.com, berikut lima hal yang perlu dipertimbangkan jika hendak memilih buzzer untuk menghadapi krisis.
1. Reputasi Buzzer
Pilihlah buzzer yang memiliki reputasi baik dan pernah mendukung organisasi Anda. Hal ini dapat meningkatkan kredibilitas ulasan positif mereka di mata para pengikutnya.
2. Audiens Buzzer
Pastikan audiens yang dimiliki buzzer sesuai dengan target pasar bisnis Anda. Hal ini akan memastikan pesan yang disampaikan lebih efektif menjangkau dan memengaruhi target organisasi.
3. Kualitas Konten
Analisis konten yang dibagikan sang buzzer, dan pastikan kesesuaiannya dengan nilai-nilai maupun pesan organisasi.
4. Interaksi dengan Audiens
Buzzer yang mendapatkan respons positif dan memiliki interaksi tinggi dengan pengikutnya, dapat membantu membangun opini publik yang positif terhadap organisasi.
5. Akurasi Informasi
Pastikan buzzer menyampaikan informasi yang akurat dan faktual, untuk menjaga reputasi organisasi. Dalam hal ini, lakukan verifikasi fakta sebelum bekerja sama dengan buzzer.
Demikian pelajaran yang bisa dipetik dari kasus Bea Cukai, dan penggunaan buzzer dalam menghadapi krisis. Semoga bermanfaat, ya! (jar)
- BERITA TERKAIT
- Hasan Nasbi Resmi Melantik Jajaran Kantor Komunikasi Kepresidenan
- Menkomdigi Akan Soroti Peran Komunikasi Digital untuk Citra Bangsa di WPRF 2024
- Raih Penghargaan Golden World Award 2024, LMAN Akan Tingkatkan Inovasi
- Presiden Prabowo Imbau Kabinet Merah Putih Agar Aktif dan Terbuka Berkomunikasi
- Konstruksi Indonesia 2024: Upaya Kementerian PU Tingkatkan Daya Saing