Memperkuat Identitas Budaya Lewat Digitalisasi

PRINDONESIA.CO | Senin, 16/12/2024
CEO HUMAS INDONESIA Asmono Wikan saat memberikan talkshow di acara Anugerah Karya Filosofi 2024 di Yogyakarta, Jumat (13/12/2024)
Dok.Humas Indonesia

Melalui digitalisasi yang diejawantahkan melalui Kompetisi Karya Filosofi 2024, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjembatani makna dan keindahan Sumbu Filosofi kepada lebih banyak audiens.

YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO – Minggu lalu tanggal 13 Desember, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama HUMAS INDONESIA dalam bagian upaya mempromosikan dan melestarikan Sumbu Filosofi, mengumumkan 12 pemenang Kompetisi Karya Filosofi 2024. Karya para pemenang itu dinilai berhasil merekam makna dan keindahan di balik konsep tata ruang yang terbentuk atas bentangan garis imajiner dari Panggung Krapyak di Selatan, melewati Keraton Yogyakarta hingga Tugu Yogyakarta di Utara.

Tak hanya menganugerahkan trofi, dalam acara yang berlangsung di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan Yoyakarta itu turut digelar diskusi. Dalam kesempatan ini, pendiri sekaligus CEO HUMAS INDONESIA Asmono Wikan menyoroti pentingnya digitalisasi untuk memperkuat identitas budaya lokal.

Menurut Asmono, Kompetisi Karya Filosofi 2024 secara tidak langsung membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi digital, dapat menjadi langkah strategis untuk menjembatani nilai tradisional dengan audiens global. “Digitalisasi adalah kunci agar nilai-nilai budaya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Lewat media sosial, website, hingga aplikasi interaktif, kita bisa memperkenalkan makna Sumbu Filosofi Jogja kepada dunia, ujarnya.

Ia pun menjelaskan, Sumbu Filosofi Jogja sejatinya merupakan representasi harmoni antara manusia, alam, dan sang pencipta. Dalam hal ini, untuk memastikan pesan yang terkandung sampai kepada khalayak luas, pendekatan digital yang terintegrasi diperlukan.

Memaksimalkan Teknologi

Media sosial hari ini telah menjelma etalase utama untuk membagikan cerita, visual, dan narasi budaya yang relevan. Sementara aplikasi interaktif, kata Asmono menyambung pernyataannya di atas, dapat digunakan untuk edukasi yang menarik bagi generasi muda. Selain itu, menurutnya, kolaborasi dengan kreator konten juga dapat memperluas daya jangkau, sekaligus menciptakan cara baru untuk menceritakan nilai-nilai budaya secara menarik.

Lebih dari itu, tambah Asmono, pemanfaatan teknologi turut memungkinkan pengumpulan data guna memahami audiens secara lebih mendalam. Dengan ini, ia meyakini strategi komunikasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga dapat memastikan pesan budaya sampai dan diterima dengan cara yang efektif. “Transformasi digital bukan hanya alat promosi, tetapi tanggung jawab untuk melestarikan warisan budaya. Ini adalah investasi untuk generasi mendatang, pungkasnya. (RHO)