Lima Langkah Mengomunikasikan “City Branding”

PRINDONESIA.CO | Rabu, 28/08/2019 | 4.548
Emilia menekankan pentingnya perencanaan strategi komunikasi untuk menonjolkan citra dari suatu kota.
Iqbal/PR Indonesia

City branding yang berhasil adalah yang dapat melibatkan warga untuk dengan sukarela turut mempromosikan keunikan dan daya tarik kota.”

TANGERANG, PRINDONESIA.CO – Pemaparan Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah mengenai city branding Kota Tangerang yang menjadi keynote speaker saat membuka sesi konferensi Anugerah Humas INDONESIA (AHI) 2019 di Kota Tangerang, Rabu (28/8/2019), diperkuat oleh pakar komunikasi dan public relations Emilia Bassar.

Di acara yang diselenggarakan oleh HUMAS INDONESIA, bagian dari PR INDONESIA Group itu, pendiri dari Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM) ini menegaskan pentingnya perencanaan strategi komunikasi untuk menonjolkan citra dari suatu kota.

Sebagai langkah awal membangun city branding, public relations (PR) atau humas harus memahami tiga informasi penting. Pertama, landscape atau desain kota yang meliputi arsitektur, ruang hijau dan ruang-ruang publik. Kedua, infrastruktur kota yang terkait dengan akses dan fasilitas yang disediakan oleh kota bersangkutan.

Terakhir, behavior atau hal-hal unik yang menjadi daya tarik kota seperti produk-produk budaya yang tentunya akan menarik perhatian turis maupun investor. Pastikan bahwa landscape, infrastruktur dan behavior kota konsisten dan selaras dengan konsep city branding yang hendak dibuat.

Emilia juga menekankan bahwa tiga informasi yang telah disebutkan di atas tidak akan sampai dengan baik kepada masyarakat apabila tidak diikuti cara komunikasi yang tepat. “Semua program komunikasi harus align dengan visi, misi, dan strategi pemerintah daerah. Dan, tentunya harus dapat berkontribusi mencapai tujuan dari pemerintah daerah,” ujarnya, tegas.

Berikut lima langkah proses komunikasi untuk membangun city branding.

1.     Kelola Data dan Informasi

Pada langkah ini, humas perlu mengumpulkan data mengenai regulasi. Terutama, soal sejauh apa peran dan wewenang pemerintah daerah dalam membuat kebijakan publik. Mereka juga perlu mengetahui pandangan media, percakapan di media sosial, dan tanggapan masyarakat mengenai konsep city branding yang dicetuskan pemda terkait.

2.     Analisis Situasi

Konsep city branding perlu dianalisa. Caranya, bisa dengan SWOT, PEST atau Gap Analysis.

3.    Pemetaan Isu, Audiens dan Media

Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam membangun city branding. Mereka harus menciptakan sinergi. Untuk itu, petakan komunitas lokal yang dapat mendukung city branding. Jangan sampai konsep city branding malah mengubah total potensi yang sudah dimiliki. Manfaatkan sumber daya manusia, kekhasan kuliner dan adat istiadat masyarakat yang ada untuk menjadi daya tarik budaya.

4.     Program Komunikasi

Dalam mengomunikasikan city branding, manfaatkan perkembangan teknologi sambil tetap memuat unsur lokalitas kota. Gunakan teknik storytelling untuk menarik perhatian masyarakat, wisatawan dan investor. Sempurnakan upaya yang telah dilakukan dengan mengadakan berbagai event kreatif yang mendukung penguatan konsep city branding. Program komunikasi ini harus dilakukan secara strategis dan berkesinambungan. Sehingga, konsep city branding terus melekat dan menjadi identitas yang kuat.

5.     Evaluasi

Lakukan evaluasi program komunikasi yang selama ini sudah dilakukan secara berkala. Caranya dengan rutin menggunakan media monitoring dan audit on-line communication. Tujuannya, untuk memastikan program city branding telah berkontribusi mencapai tujuan pemerintah daerah.

Penutup, Emilia berpesan, pada saat membangun city branding, pemerintah jangan terlalu sibuk membuat program brilian lantas melupakan interaksi dengan masyarakat. “Engagement publik harus menjadi yang utama, sehingga tanpa diminta pun publik ingin berpartisipasi untuk membuat kotanya didatangi banyak orang,” ujarnya. (den)