Atasi Krisis di Era Digital dengan Kecepatan dan Cerita

PRINDONESIA.CO | Rabu, 28/08/2019 | 2.313
Tentukan skala prioritas untuk menentukan urgensi dari suatu isu.
Iqbal/PR Indonesia

Sebaik apapun kerja humas, ada hal-hal yang terjadi di luar kontrol dan mampu menyebar dengan cepat. Apalagi di era serba digital seperti sekarang. Kondisi ini menuntut humas mampu merespons dan menangani krisis dengan tepat. 

TANGERANG, PRINDONESIA.CO – Sesi konferensi jelang puncak Anugerah Humas INDONESIA (AHI) makin menarik. Melalui acara yang diselenggarakan oleh HUMAS INDONESIA, bagian dari PR INDONESIA Group, yang berlangsung di Kota Tangerang, Rabu (28/8/2019), wawasan dan cakrawala para praktisi humas yang datang dari seluruh penjuru Indonesia semakin bertambah. Mulai dari strategi membangun dan mengomunikasikan city branding hingga langkah tepat menangani krisis di era digital.

Di sesi kedua konferensi yang mengangkat tema “Strategi Mengelola Isu, dari Ancaman Menjadi Peluang”, pemateri Singue Kilatmaka dari Manager Media Relations Telkomsel, mengupas tentang makin krusialnya peran internet memengaruhi dinamika instansi/korporasi di era digital. Hal ini dikarenakan dengan seluruh akses dan platform yang ada, gaya hidup digital menjadi inevitable atau tidak terhindarkan. “Kita sebagai praktisi public relations (PR) atau humas harus dapat memanfaatkan fenomena ini dengan maksimal,” katanya di hadapan peserta konferensi AHI “Sinergi Membangun Reputasi”.

Cara konvensional seperti menulis dan mendistribusikan siaran pers, lanjut Singue, sudah harus dilengkapi dengan cara kekinian seperti storytelling. “Dengan platform digital, kita bisa membuat apa saja. Apalagi sekarang audiens makin tersegmentasi. Zaman sekarang, orang lebih suka stories dibandingkan data mentah,” ujarnya.

Namun, pria yang telah berkarier di Telkomsel sejak 2009 itu tak menampik bahwa di balik peran humas membuat cerita yang menarik, pasti ada hal-hal yang dapat terjadi di luar kontrol. Inilah yang kemudian berpotensi menjadi krisis. Terlebih lagi di era digital di mana informasi beredar cepat dan mudah menjadi viral hanya lewat media sosial.

Di tengah kondisi seperti ini, humas dituntut mampu merespons dan menangani krisis dengan tepat. Ia lantas berbagi tips untuk menghadapi krisis berdasarkan pengalamannya di Telkomsel. Antara lain:

Tentukan Prioritas

Ketika krisis terjadi, humas harus mampu mengendalikan emosi dan tidak panik. Siapkan skala prioritas untuk menentukan urgensi dari suatu isu. Apakah penting atau biasa saja. Apakah harus didahulukan, atau ada hal lain yang perlu disampaikan terlebih dahulu.

Buat Linimasa  

Sesudah menentukan status urgensi krisis, segera buat linimasa (timeline) untuk langkah selanjutnya. Misalnya, pernyataan apa yang akan dikeluarkan terlebih dahulu, berapa banyak jumlah pernyataannya, bagaimana pernyataan-pernyataan tersebut dapat mengatasi krisis.

Susun Strategi

Sembari linimasa terus berjalan, kumpulkan sumber atau data-data lebih lanjut mengenai krisis. Setelah itu, susun strategi secara matang. “Jangan membuat strategi tanpa resources,” kata Singue, tegas.

Manfaatkan Relasi

Momen krisis adalah saat yang tepat bagi PR untuk memanfaatkan relasi yang selama ini mereka miliki. Hubungan baik dan saling percaya ini harus terjalin sejak sebelum terjadi krisis. Sehingga, saat krisis tak terhindarkan, humas bisa meyakinkan buzzer dan stakeholders untuk menggiring opini publik. Bersama-sama, mereka membangun kembali kepercayaan kepada lembaga/perusahaan.

Pilih Media yang Tepat

Eksekusi strategi komunikasi saat menghadapi krisis membutuhkan saluran komunikasi yang tepat. Sehingga, informasi yang ingin disampaikan dapat menjangkau audiens sebanyak mungkin dan tepat sasaran. Segera distribusikan ketika media dan platform telah ditentukan, bahan pernyataan yang valid sudah dibuat dan disetujui manajemen. “Jangan ditunda-tunda karena respons yang lambat bisa memperkeruh situasi krisis,” pesan Singue.

Pemulihan dan Evaluasi

Ketika krisis telah dilalui, bukan berarti tugas humas juga selesai. Humas perlu melakukan tindak lanjut seperti membuat recovery stories (catatan pemulihan). Lalu, bombardir media dengan berita positif agar publik tidak melulu fokus pada krisis yang menimpa instansi/perusahaan. Tak lupa, lakukan evaluasi agar ketika krisis serupa berulang, humas dapat menanganinya lebih baik. (den)