Sembilan Langkah Membangun Reputasi

PRINDONESIA.CO | Rabu, 04/09/2019 | 4.830
Penting bagi humas memiliki panduan dalam menghadapi krisis.
Iqbal/PR Indonesia

Tantangan pelaku public relations (PR) membangun reputasi instansi/korporasi makin berat.

TANGERANG, PRINDONESIA.CO – Perkembangan media digital telah mengubah perilaku masyarakat. Zaman sekarang, setiap orang selalu siap dengan kameranya, lalu mengunggahnya di media sosial, kemudian viral. Masyarakat juga sesederhana itu menghakimi orang lain. Bagaimana jika hal ini menimpa daerah/instansi/korporasi mereka? Di hadapan para peserta workshop sesi II jelang puncak Anugerah Humas INDONESIA (AHI) di Tangerang, Kamis (29/8/2019). Avianto Nugroho, co-founder Fabulo PR, membeberkan sejumlah tips. Antara lain:

Kenali Diri Sendiri

Sebelum melangkah jauh, kenali dulu jati diri dan potensi yang dimiliki daerah/organisasinya.  Pahami institusi lebih baik. Langkah ini bisa diterapkan dengan menjawab pertanyaan seperti visi dan misi apa yang dibawa oleh daerah/instansi/organisasinya? Inovasi yang dimiliki yang tidak dimiliki di tempat lain? Ingin dikenal seperti apa?  

Kenali Target Audiens

Dalam membangun reputasi sebuah daerah/organisasi, dibutuhkan kepercayaan dari publik. Untuk itu, penting bagi humas untuk mengenali siapa target audiens yang akan disasar. Target audiens terbagi menjadi dua: internal dan eksternal.

Publik internal mulai dari top level management hingga karyawan biasa. Cermati latar belakang mereka mulai dari tingkat pendidikan, asal, hingga kemampuan menggunakan teknologi. Syarat serupa berlaku di eksternal. Ketahui positioning daerah/organisasi kita di mata publik. Seperti apa orang lain menilai institusi? Apakah institusi cukup membantu atau sebaliknya?

Sampaikan Pesan dengan Baik

Pesan yang disampaikan harus bersifat jujur dan apa adanya. Sama halnya ketika organisasi sedang diterpa krisis, humas harus mengomunikasikannya secara terbuka, disertai permintaan maaf, serta solusi penyelesaian masalah. Ketika bersikap arogan dan memberikan pernyataan terbuka atas kesalahan yang terjadi baik yang dibuat oleh publik maupun kalangan internalnya, maka masyarakat akan mencari jawaban dari pihak ketiga, yang bisa jadi ia adalah kompetitor.

Bicara lewat Media yang Tepat

Manfaatkan segala fasilitas media internal yang dimiliki oleh humas/PR. Misalnya, televisi, radio, majalah, maupun media digital seperti situs resmi, aplikasi, media sosial. Apabila sudah memutuskan terbuka di media sosial, maka harus berani berinteraksi dengan warganet.

Minta Dukungan

Membangun brand atau reputasi daerah/organisasi bukanlah pekerjaan humas saja. Perlu dukungan dari semua stakeholder. Maka, libatkan mereka dalam setiap kegiatan-kegiatan branding perusahaan.

Apresiasi Hasil yang telah Dicapai

Segala betuk upaya komunikasi yang telah dilakukan, hasilnya harus kita hargai. Dengan catatan, terus melakukan evaluasi dan jadikan kesalahan sebagai pelajaran berharga. Tak kalah penting, jangan pernah membandingkan instansi/korporasi kita dengan pencapaian pihak lain.

Konsisten

Pesan yang disampaikan baik program maupun tindakan harus dilakukan secara konsisten. Jika sudah begitu, dengan sendirinya akan meninggalkan pengalaman berkesan di hati para audiens (customer experience).

Mengharapkan yang tidak Diharapkan

Krisis kerap menjadi momok menakutkan bagi para praktisi humas/PR. Hal ini dikarenakan, krisis bisa muncul kapan saja, tanpa bisa kita prediksi kedatangannya. Jika krisis sudah berkembang, humas adalah orang pertama yang bertugas memadamkannya. Untuk itu, penting bagi humas memiliki panduan dalam menghadapi krisis. Sehingga, ketika terjadi krisis, humas harus tahu siapa yang akan ditunjuk menjadi juru bicara, bagaimana langkah-langkahnya, dan sejauh mana humas bisa menyampaikan pesan.

Adaptif

Derasnya arus globalisasi memaksa humas untuk tanggap dan memiliki sikap fleksibel, adaptif, dan kreatif. Humas harus melihat kecenderungan tren yang ada di masyarakat dan global. (ais)