Cara Dirut Freeport Bangun "Chemistry"

PRINDONESIA.CO | Senin, 30/09/2019 | 3.691
Tony Wenas, Dirut Freeport: “Komunikasi tidak hanya sekadar mengirimkan pesan kepada karyawan, tapi sedapat mungkin kita bertemu dengan mereka.
Dok. Istimewa

Seberapa penting seorang CEO menjalin komunikasi dengan karyawannya? Hal apa saja yang perlu dikomunikasikan dan bagaimana cara menjangkaunya?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pertanyaan itu disampaikan berulang kali oleh Tony Wenas, Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) saat menjadi keynote speaker dalam acara PERHUMAS 1st Internal Communications Conference di Jakarta, akhir Februari lalu.

Sebenarnya, kata Tony, semua definisi, teori, hingga tips dan trik tentang cara mengelola komunikasi internal dapat kita temukan dengan mudah di mesin pencari. Namun, tidak semua teori cocok jika diterapkan ke dalam organisasi/perusahaan yang bersangkutan. Ini dikarenakan tiap perusahaan memiliki kekhasan atau karakteristik.

Contoh, perusahaan unicorn yang biasanya tidak memiliki sekat atau kubikel sehingga semua karyawan duduk di dalam satu ruangan terbuka, membuat mereka dapat dengan mudah bisa saling berinteraksi. Lain halnya dengan mereka yang bekerja di pabrik garmen dengan jumlah karyawan 50 ribu - 100 ribu orang. Meskipun sama-sama duduk di dalam satu ruangan besar, namun mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dan jarang terjadi interaksi. Lain halnya dengan perusahaan kertas yang memiliki areal penanaman pohon/hutan yang berjarak puluhan ribu kilometer dari pabrik, memiliki keterbatasan akses, bahkan sinyal.

Lantas, bagaimana public relations (PR) dapat berkomunikasi dengan seluruh internal stakeholders-nya?

 

Identifikasi

Menurut Tony, kuncinya terletak pada identifikasi dan perhitungan matang. Baik dari segi isu maupun biaya. Sehingga, ke depannya bisa memudahkan langkah PR dalam mengetahui cara terbaik untuk mengomunikasikannya. “Komunikasi tidak hanya sekadar mengirimkan pesan kepada karyawan, tapi sedapat mungkin kita bertemu dengan mereka,” ujarnya di hadapan hampir seratus peserta.

Bertemu dalam hal ini tidak hanya dilakukan oleh tim PR, tapi seluruh jajaran manajemen perusahaan. Seperti yang ia lakukan pada saat pertama kali menjabat sebagai CEO PT Vale Indonesia (INCO). Ia temui semua karyawan dari seluruh departemen untuk mendengarkan keluhan yang mengemuka. Dari pertamuan tersebut, Tony dapat mengidentifikasi tiga poin utama. “Pertama, komunikasi. Kedua, komunikasi. Dan ketiga, komunikasi,” ujar mantan CEO PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) itu.

Itu artinya, penting bagi manajemen untuk rutin menjalin komunikasi dengan seluruh internal stakeholders perusahaan, termasuk CEO sekalipun. “Saya tak menampik pentingnya mendelegasikan pekerjaan, tetapi komunikasi juga merupakan bagian dari teori manajemen,” ujarnya.

Jika keduanya dapat dikombinasikan dengan baik, maka manajemen akan mendapatkan informasi penting yang perlu untuk didengar. Sehingga, manajemen perusahaan dapat membuat

keputusan dengan bijak. “Karena jika kita hanya mengandalkan kemudahan teknologi untuk berkomunikasi dengan karyawan, tanpa bertemu langsung, maka CEO akan kehilangan sisi kemanusiaannya,” kata Tony.

Pada akhirnya, jika PR ingin mengetahui apa saja pesan yang harus dikomunikasikan kepada statekholders internal, pergilah keluar. Lihat bagaimana orang-orang menjalankan pekerjaan mereka, mengamati isu apa yang sedang terjadi di lapangan, baru kemudian PR bisa mengidentifikasi isu dengan baik. “Memang ini sangat menyita waktu, tapi Anda akan mendapatkan banyak hal dari sana,” pungkasnya. (ais)