Ariana Soemanto, Kementerian ESDM: Tak Ada yang Tidak Mungkin

PRINDONESIA.CO | Kamis, 03/10/2019 | 5.212
Salah satu KPI humas ESDM diukur dari minimal 110.000 publikasi di media per tahun, dan pengikut media sosial di atas 1 juta.
Dok. Pribadi

Di usianya yang terbilang muda, kepala tiga, ia sudah dipercaya sebagai Kabag Komunikasi dan Layanan Informasi Publik (KLIK) Kementerian ESDM. Prinsipnya, tak ada yang tidak bisa dilakukan.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ari, sapaan karib Ariana Soemanto mengawali kariernya di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2005. Ketika itu, pria lulusan S1 dan S2 Teknik Perminyakan ini ditempatkan di Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal. Kariernya melesat. Tahun 2016, ia mendapat promosi ke eselon III di Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas, sebelum akhirnya dipindahtugaskan di bagian humas sebagai Kabag KLIK hingga saat ini.

Fokusnya ketika itu adalah menjadikan Kementerian ESDM menjadi lebih populer. Dalam artian, populer dari segi kinerja dan kebijakan yang dihasilkan. Fokus berikutnya menciptakan kementerian yang dekat dengan masyarakat dan stakeholders. Sehingga, tujuan sektor kementerian untuk menciptakan energi berkeadilan berjalan mulus.

Berbagai strategi komunikasi pun dilakukan, mulai dari above the line, through the line, hingga below the line.Tugas yang ia lakukan bersama tim pun beragam. Yang pasti, harus kreatif dan mengikuti perkembangan. Pesan ini permintaan langsung Menteri ESDM Ignasius Jonan. “Kita harus mengikuti zaman atau tertinggal,” kutip Ari. Beruntung, ruang untuk menyesuaikan perkembangan zaman di bagian humas sangat luas. 

Antara lain, membuat minimal dua siaran pers setiap hari, menyiapkan konten kreatif untuk media sosial, merespons publik di berbagai kanal media, melakukan peliputan kegiatan menteri dan wakil menteri, menjawab informasi publik di kanal publik, interaksi dengan wartawan, memproduksi publikasi populer dengan kemasan yang digemari masyarakat saat ini, hingga mengukur engagement dan kepuasan stakeholders terhadap pelayanan informasi. Semua pekerjaan itu ia lakukan bersama 25 orang personel Humas di tim publikasi maupun pendukung.

 

Segera Eksekusi

Aktivitas yang mereka lakukan tak melulu berjalan sesuai kehendak. Ada saja tantangan di lapangan. Contoh, saat sedang memproduksi siaran pers yang nilai beritanya rendah menurut kaca mata rekan-rekan media, mereka harus bekerja ekstra mencari cara kreatif agar pewarta tertarik mempublikasikan. “Salah satu KPI (Key Performance Indicator) kami diukur dari minimal 110.000 publikasi di media konvensional per tahun dan pengikut media sosial di atas 1 juta,” kata pria yang hobi basket ini.

Tantangan lainnya, berhadapan dengan media yang mengangkat berita berjudul tendensius. Kalau sudah begini, biasanya ia memilih melakukan pendekatan dengan media bersangkutan mulai dari level reporter sampai pemimpin redaksi. “Judul yang negatif itu harus dinetralkan. Paling tidak, ada klarifikasi,” ujar Ari seraya menekankan pentingnya melakukan mitigasi isu. “Bukan perkara mudah, tapi pasti bisa dilakukan,” imbuh pria yang sebisa mungkin menjadi orang yang bermanfaat bagi semaksimal mungkin orang dan lingkungan ini. 

Ada yang menarik dari keseharian Ari. Kesibukannya sebagai humas, membuatnya tak jarang harus bekerja lembur. Agar memiliki banyak waktu bersama keluarga, hampir setiap malam sang istri dan anak semata wayang mereka menjemputnya ke kantor. Jika malam itu masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, anak mereka yang akhir Juli ini menginjak usia ketiga, dengan senang hati bermain di ruangan kerjanya. “Buat anak saya ada hiburan tersendiri ketika dia berkunjung ke kantor ayahnya. Ha-ha,” kata pria yang berprinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), memiliki target, berpikir secukupnya, segera eksekusi, dan jangan menunda pekerjaan itu. Sebab menurutnya, zaman sekarang bukan yang besar mengalahkan yang kecil. Tapi, yang cepat mengalahkan yang lambat. (rvh)