Clara Yolandika, Sekretaris BPU UNRI: Integrasi Antara Logika dan Empati

PRINDONESIA.CO | Jumat, 26/12/2025
Finalis Kartini HUMAS INDONESIA (KaHI) 2025, Clara Yolandika
doc/pribadi

Bagi Clara Yolandika, komunikasi berdampak adalah perpaduan logika dan kedalaman rasa. Hal itu, katanya, dapat menjadi jembatan yang menghidupkan reputasi institusi pendidikan di mata publik.

PEKANBARU, PRINDONESIA.CO – Perjalanan karier Clara Yolandika bermuara di dunia komunikasi melalui proses yang tidak terduga. Berangkat dari latar belakang pendidikan Agribisnis Universitas Lampung (Unila), ketertarikannya pada dunia kehumasan tumbuh saat ia aktif di radio kampus, Rakanila. Di sana, ia menempa diri mulai dari menjadi penyiar hingga penyelenggara acara. Pengalaman organisasi dan keterampilan wicara publik (public speaking) dalam peran tersebut menyadarkannya bahwa komunikasi yang kuat lahir dari harmonisasi antara logika dan empati.

Kepada HUMAS INDONESIA, Jumat (22/8/2025), Clara mengatakan, hal tersebut lambat laun mengakar menjadi kecintaan terhadap interaksi antarmanusia. Sebab, menurutnya, komunikasi memiliki kekuatan unik untuk menyatukan banyak orang dalam satu frekuensi pemahaman. Rencana itu kemudian menemukan wadah strategis, ketika Clara dipercaya menjadi Staf Ahli Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Sistem Informasi Universitas Riau (UNRI) pada tahun 2023.

Dalam peran tersebut, peraih gelar Magister Agribisnis dari Institut Pertanian Bogor (IPB) itu terjun langsung dalam kerja-kerja strategis kehumasan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Clara juga terlibat aktif dalam pengembangan media sosial, situs web, penyusunan siaran pers, majalah internal, media luar ruang, hingga komunikasi eksternal. 

Tidak hanya itu, Clara dalam kapasitasnya juga berperan aktif dalam memperkuat tim Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) UNRI. Kontribusinya di sana mendorong PPID UNRI menanjaki predikat Informatif pada 2024, setelah sebelumnya tertahan di kategori Kurang Informatif. “Puncaknya pada tahun 2025, UNRI yang untuk pertama kalinya berpartisipasi dalam ajang Indonesia DEI & ESG Awards (IDEAS) besutan HUMAS INDONESIA berhasil membawa pulang tiga penghargaan," ucapnya. 

Kombinasi Ketegasan dan Naluri

Sebagai salah satu finalis Kartini HUMAS INDONESIA (KaHI) 2025, Clara menilai perempuan memiliki keunggulan alami dalam kerja kehumasan. Menurutnya, jiwa keibuan menghadirkan kepekaan dan kesabaran ekstra saat menghadapi berbagai situasi pelik seperti ketika krisis. Sisi lembut tersebut, katanya, ketika berpadu secara apik dengan ketegasan profesional, akan menghasilkan keseimbangan. "Kombinasi antara ketegasan dan empati ini membuat praktisi humas perempuan mampu menjaga keseimbangan. Menyampaikan pesan dengan jelas, tetapi tetap mengedepankan rasa saling menghargai,” ungkapnya menjawab pertanyaan soal kekuatan khas perempuan dalam mendukung peran strategis humas.

Di balik kesibukan profesionalnya, ibu dua putra ini mengaku tetap menempatkan keluarga sebagai prioritas utama. Untuk menyeimbangkan waktu, Clara menerapkan disiplin tinggi agar peran domestik dan publik berjalan beriringan tanpa saling meniadakan. Selain itu, ia juga selalu menyempatkan waktu untuk melaksanakan hobinya yaitu menonton film thriller. Baginya, alur cerita misteri dapat melatih pola pikir kritis yang berguna dalam memetakan strategi dan mitigasi krisis di dunia nyata.

Dalam hidup dan perjalanan karier, Clara sangat meneladani sang ibunda dan Rektor UNRI Sri Indarti. Dari sang ibu, lulusan S2 termuda di angkatannya ini belajar arti kedisiplinan dan prioritas. Sementara sosok Sri Indarti yang merupakan rektor perempuan pertama di UNRI, oleh Clara dipandang sebagai inspirasi profesional. "Beliau adalah figur pemimpin yang ramah dan memiliki jiwa keibuan, tetapi tetap tegas dalam mengambil keputusan," katanya.

Pembina Duta UNRI yang saat ini menjabat Sekretaris Badan Pengelola Usaha (BPU) UNRI itu berkeinginan untuk memperkenalkan perguruan tinggi tempatnya mengabdi ke kancah global melalui citra positif yang berdampak luas. Hal itu, pungkas Clara, hanya bisa dicapai dengan terus belajar, beradaptasi, dan berani mengambil peran sebagai motor penggerak perubahan. "Tidak ada kata tidak bisa jika belum dicoba," tutupnya menitipkan pesan kepada perempuan humas di luar sana. (Arfrian R.)