Imam Suryanto, ICON PR INDONESIA 2018 – 2019: Wujudkan Mimpi

PRINDONESIA.CO | Jumat, 25/10/2019 | 2.609
Imam selalu berpegang pada tiga prinsip dalam menjalankan profesinya. Yakni, terus belajar dari praktisi senior, introspeksi diri, dan tingkatkan kreativitas.
Dok. PR Indonesia/Freandy

Kecintaannya berkegiatan sosial mendorong Imam untuk selalu meninggalkan jejak kontribusi kepada masyarakat sekitar. Panggilan jiwanya ini sejalan dengan profesinya sebagai humas.

SEMARANG, PRINDONESIA.CO - Pranata Humas di Biro Humas Kementerian Perdagangan ini berpendapat membuat kegiatan positif haruslah memberi dampak, tak sekadar meramaikan media sosial. “Langkah ini bisa makin optimal, salah satunya apabila kita memiliki kompetensi sebagai humas atau public relations—profesi yang saya lakoni saat ini,” katanya kepada PR INDONESIA di Semarang, akhir tahun lalu. 

Tak heran, pria lulusan Public Relations Universitas Indonesia ini berkeinginan untuk membentuk komunitas bagi para PR muda. Aktivitasnya mulai dari mengadakan kegiatan sosial sampai pelatihan kehumasan. Sasarannya PR milenial, PR senior dan mahasiswa PR. Yang pasti, imbuh pria kelahiran Jakarta, 22 November 1991 ini, kegiatannya harus berkelanjutan, inovatif, kreatif, dan bermanfaat. 

“Sembari mengasah kemampuan PR, menambah jejaring dan koneksi, kita juga bisa terjun ke masyarakat dengan cara membuat event yang bermanfaat,” ujar pria berkacamata itu. “Bahkan, tak menutup kemungkinan diselingi oleh edukasi atau kampanye sosial yang mengangkat isu yang sedang berkembang, seperti antikekerasan, antiperundungan, dan lain sebagainya,” lanjutnya antusias. 

Sebab, Imam meyakini, inti dari PR adalah kerja sama. “Humas atau PR tidak bisa bekerja sendiri. Lebih banyak networking, lebih banyak menjalin kerja sama dengan PR, bahkan di luar profesi PR, dari seluruh tanah air,”ujarnya.

 

Sabar

Sebagai abdi negeri, ia tak ubahnya pelayan publik. Kondisi ini membuat Imam yang hingga saat ini aktif di Yayasan Autisma Indonesia tersebut lebih banyak bersabar. Penyebabnya, tidak sedikit orang yang harus dilayani dengan karakter yang tidak bisa ditebak. “Semakin ingin tahu, semakin kita mencari tahu. Kondisi ini menuntut kita untuk semakin bersabar dan instrospeksi diri,” ujarnya. 

Realita itu tak membuatnya mundur. Ia bertekad akan selalu memberikan pelayanan yang profesional. Salah satunya, berdamai dengan keadaan dan beradaptasi dengan lingkungan. “Saya awalnya agak tempramental. Perlahan, saya belajar untuk memperbaiki diri, meredam emosi dan menjadi sosok yang sabar serta mau belajar,” kata pria yang baru saja meraih trofi Gold Pranata Humas Terampil di ajang Anugerah Humas INDONESIA (AHI) 2019. 

Dalam menjalankan profesi sebagai PR, Imam menganut beberapa prinsip. Pertama, terus belajar dari PR senior. Karena, menurutnya, PR senior cenderung lebih teliti, memahami konsep dan teori yang matang. Kedua, memperbaiki dan introspeksi diri. Ketiga, meningkatkan kreativitas baik melalui kegiatan maupun tulisan. Apalagi dunia sudah berhadapan dengan Revolusi Industri 4.0. Terakhir, banyak membaca agar ilmu dan wawasan selalu terisi. (mai)