Setiap Orang adalah “Influencer”

PRINDONESIA.CO | Selasa, 12/11/2019 | 3.694
Bagi korporasi, media sosial adalah alat berinteraksi dan melakukan komunikasi dua arah dengan pelanggan.
Dok. SMW Jakarta

 

Dalam kurun 2-3 tahun belakangan ini, media sosial menjelma menjadi platfom yang banyak melahirkan dampak negatif. Mulai dari hoaks yang mengandung unsur SARA hingga disinformasi, semua bersumber dari sini.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kondisi ini menginisiasi Social Media Week (SMW), ajang berbagi informasi dan konferensi seputar media sosial dan teknologi, yang telah memasuki tahun keempat mengusung tema “Stories: With Great Influence Comes Great Responsibility”. Selama lima hari dari tanggal 11 – 15 November 2019, mereka mengajak seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelaku bisnis untuk menjadi influencer yang bertanggung jawab dengan mengangkat cerita-cerita positif dan menginspirasi. 

Fenomena yang terjadi saat ini, media sosial bisa menjadi celah dan senjata untuk melakukan perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Antara lain, alat pembunuh (ingat tragedi Sulli, artis K-Pop yang bunuh diri karena diduga tak kuat berhadapan dengan komentar cacian yang kerap ia terima melalui akun media sosialnya), mendorong aksi teroris, hingga strategi memenangkan pemilu (kasus data pribadi pengguna Facebook yang bocor lalu digunakan untuk kepentingan politik saat Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016).

“Padahal, media sosial bisa digunakan untuk mengubah dunia ke arah yang lebih baik,” kata Antonny Liem, Chairman SMW Jakarta di hadapan pewarta di Jakarta, Selasa (12/11/2019). “Tapi, belakangan masyarakat atau warganet lebih tertarik dengan segala hal yang berbau dramatis. Tak jarang brand juga ikut berkontribusi dengan menjadikan sesuatu yang dramatis tadi dan belum tentu kebenarannya, misalnya, sebagai konten iklan hanya karena sedang tren. Berita negatif pun lebih cepat viral. Medsos akhirnya jadi bad tools,” imbuhnya.

Ia percaya kondisi ini bisa berubah apabila masyarakat teredukasi untuk menggunakan media sosial secara positif, bersikap skeptis dan kritis. “Cek kebenarannya. Tidak perlu mengomentari hal yang tidak penting, tidak perlu di-share kalau memang tidak yakin kebenarannya dan tidak memberi manfaat. Tujuannya biar pembuat konten dan brand belajar untuk membuat konten yang bermanfaat,” ujar pria yang juga merupakan CEO PT Merah Cipta Media.

Pernyataan Antonny diamini oleh Nadya Hutagalung. Influencer yang juga duta PBB dan pendiri Let Elephants Be Elephants ini tak memungkiri, belakangan ada persepsi negatif tentang influencer. Semestinya yang harus dipahami, influencer memiliki power (kekuatan) untuk memengaruhi orang. Jika kekuatan itu ia gunakan dengan baik bisa membuat suatu gerakan perubahan, termasuk mengubah cara pandang publik dalam meyakini suatu brand yang pada akhirnya mendorong perusahaan untuk berubah ke arah yang lebih baik. “Perubahan saat ini tidak dimulai dari pemerintah, tapi dari kita sebagai individu dan juga pelaku bisnis,”  katanya.

Lainnya, yang ia garisbawahi adalah, semua orang bisa menjadi influencer, tak peduli berapa pun jumlah pengikutnya di media sosial. “Kita bisa jadi inspirasi asalkan, salah satunya, secara konsisten berperilaku positif dan jujur di media sosial,” tambah perempuan yang mengawali kariernya sebagai model dan VJ MTV tersebut.

 

Komunikasi Dua Arah

Bermedia sosial juga menjadi kebutuhan bagi korporasi di era digital seperti yang dirasakan oleh BCA. Bagi perbankan yang tahun ini memasuki usia ke- 62 tersebut, media sosial adalah alat untuk melakukan komunikasi dua arah dan mendapatkan umpan balik (feedback) dari audiens, khususnya nasabah/pelanggan. “Medsos jadi wadah bagi kami untuk berinteraksi dengan nasabah,” ujar Norisa Saifuddin, Senior VP BCA.

Meski begitu, sebelum terjun ke media sosial ada baiknya perusahaan mengetahui konsekuensi dan melakukan persiapan yang matang mulai dari SDM dan infrastruktur. “Konsekuensinya, kita harus siap terbuka dan mampu mengelola ekspektasi publik. Salah satunya dengan cara cepat merespons secara real-time dan menjadikan media sosial sebagai wadah bagi publik untuk mendapatkan program dan informasi terkini serta akurat,” katanya. (rtn)