“Branding” via Media Sosial

PRINDONESIA.CO | Selasa, 26/11/2019 | 2.765
Yang perlu digarisbawahi, media sosial memberikan ruang kreativitas tak terbatas. 
Ratna/PR INDONESIA

Bagi public relations (PR) membangun brand korporat adalah wajib hukumnya. Media sosial dapat dimaksimalkan untuk membangun corporate branding. Bagaimana caranya? 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Tidak dapat dipungkiri kehadiran media sosial membawa pengaruh besar terhadap proses branding. Kondisi tersebut nyata terjadi dalam kehidupan sehari-hari. “Saat ini, untuk memastikan seseorang itu benar-benar ada cukup cari media sosialnya. Jejak digital lebih dipercaya,” ujar Wicaksono, pria yang aktif menjadi blogger sejak 2004 dengan nama populer Ndoro Kakung  di acara Siberkreasi Netizen Festival 2019 di Jakarta, Minggu (5/10/2019).

Yang menarik, personal branding kadang dinilai lebih menarik dan mudah mengundang massa ketimbang corporate branding. Seperti pengalaman youtuber Fatiah Izzati yang mendadak viral ketika mengunggah konten yang menunjukkan kegemaran dan kebolehannya menyanyi dengan 21 aksen.

Padahal, ia mengaku konten yang diunggahnya ketika itu bukanlah salah satu konten favoritnya. Dari sini, Fatiah memberi penekanan bahwa proses branding itu bisa terjadi alamiah atau dengan sendirinya. Yang perlu digarisbawahi, media sosial memberikan ruang kreativitas tak terbatas. 

Kembali kepada Ndoro Kakung, menurut pria yang juga dikenal aktif nge-tweet itu, sebenarnya rumus personal branding dan corporte branding itu sama saja. Mantan Pemimpin Redaksi Beritagar.id ini mengatakan, membangun branding di era digital dapat dilakukan dengan membuat cerita. “Intinya, harus ada eksistensi di dunia digital,” ungkapnya.

Adapun langkah pertama yang mesti dilakukan sebelum melakukan aktivitas branding di media sosial adalah membuat akun di media sosial. “Tidak perlu semua. Cukup pilih satu hingga dua platform media sosial yang dirasa sesuai dan relevan dengan target audiens yang ingin dicapai,” kata Wicaksono. Menurutnya, semakin banyak platform yang digunakan justru akan membuat konten jadi tidak fokus. 

Selanjutnya, buatlah konten berdasarkan kegiatan yang disukai, dalam hal ini aktivitas yang dilakukan perusahaan. Termasuk, prestasi yang diraih dengan tidak meninggalkan prinsip dan nilai yang dianut. Upayakan mengunggah konten secara berkala dan terus menerus. “Konsistensi akan menarik publik untuk mengakses akun kita. Dengan begitu branding yang diharapkan akan tercapai,” imbuhnya.

 

Bangun Relasi

Agar eksistensi semakin diakui publik, bangun engagement. Salah satunya, aktif dalam komunitas. “Fungsinya, selain untuk eksistensi, secara tidak langsung kita juga berpeluang di-branding oleh orang lain,” ungkap penulis buku Ngeblog dengan Hati, 28 Hari dan Perempuan yang Melukis Wajah.  

Berikutnya, proses komunikasi. Menurutnya, membangun media sosial harus mampu menguasai ilmu komunikasi, baik dalam bentuk tulisan, verbal maupun visual. Sementara kemasannya sebaiknya mengandung unsur-unsur seperti menghibur, informatif, feedback, atau edukasi. (mai)