Ubah Stigma, Bangun Kepercayaan

PRINDONESIA.CO | Jumat, 22/05/2020 | 2.621
Kunci untuk mengatasi tantangan itu adalah memastikan seluruh timnya memiliki passion di bidang komunikasi.
Dok. Pribadi

Tahun ini menjadi tahun ketiga bagi Rinaldi mengarungi perannya mengemban amanah di bidang komunikasi. Saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi (Kasi) Penyuluhan DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta. Selama menjalankan fungsinya menyosialisasikan berbagai layanan dan inovasi organisasi, ia bertekad menjadikan komunikasi sebagai bagian dari langkah strategis. 

 

Rinaldi -  Kasi Penyuluhan DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - April 2010, menjadi momen bersejarah dalam perjalanan karier Rinaldi. Ia diterima menjadi CPNS Pemerintah Provinsi DKI dengan jabatan Pranata Humas—menapaki jejak sesuai panggilan jiwanya sejak masih di bangku sekolah. “Saya mengenal dan tertarik dengan dunia komunikasi setelah menonton film Hanung Bramantyo, Catatan Akhir Sekolah,” katanya secara tertulis, Sabtu (11/4/2020), seraya mengenang. 

Ia mantap memilih humas/public relations (PR) sebagai cita-citanya. Impiannya tercapai. Aldi, sapaan karib Rinaldi, lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Padahal, saat SMA, ia adalah siswa jurusan IPA. Ia kembali menajamkan ilmunya dengan menempuh strata dua Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Tahun 2012, ia meraih gelar Magister Sains dengan predikat Cumlaude. “Ilmu komunikasi merupakan kajian ilmu yang luas. Komunikasi bahkan tidak terlepas dari kehidupan sehari- hari,” ujarnya.

Kariernya terus berlanjut, Aldi bergabung sebagai staf Subbagian Protokol Kota Administrasi Jakarta Utara. Tahun 2014, ia mengikuti lelang jabatan pada Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) yang saat ini bertransformasi menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Awalnya, ia mendapat amanah sebagai Kasi Satuan Pelaksana PTSP Kelurahan Malaka Jaya. Kemudian, Kasubag TU Unit Pelaksana PTSP Kecamatan Koja, Kasi Komunikasi dan Informasi, lalu Kasi Penyuluhan DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta, hingga saat ini.  

Tak Gentar
Salah satu fokus utama Aldi bersama timnya saat ini adalah meningkatkan awareness publik hingga menyentuh aspek afektif untuk mau mengurus izin dan nonizin tanpa perantara/calo melalui kampanye “Urus Izin Sendiri Itu Mudah”. Hal ini sesuai komitmen pemerintah yang gencar berinovasi melakukan simplifikasi perizinan dan nonperizinan guna memotong birokrasi yang tidak perlu. Kampanye yang sudah berjalan sejak dua tahun lalu mendapat sambutan antusias. Kampanye itu juga sukses melunturkan stigma negatif mengenai perizinan yang selama ini identik dengan kesan rumit menjadi mudah dan nyaman. 
  
Awalnya, tidak mudah mengubah perilaku masyarakat. Dengan adanya kampanye ini, harapan dan tuntutan publik terhadap penyelenggaraan pelayanan publik yang prima di Jakarta pun makin tinggi. Belum lagi berhadapan dengan dinamika internal. Kondisi itu tak jarang membuat timnya loyo. Menurut Aldi, kunci untuk mengatasi tantangan itu adalah memastikan seluruh timnya memiliki passion yang sama di bidang komunikasi. “Be passionate and willing to go the extra mile ketimbang hanya sekadar menjalankan rutinitas,” katanya.
 
Jangan gentar menghadapi berbagai rintangan. Dirinya memaknai krisis layaknya negeri tirai bambu yang menyebutnya dengan istilah “Weiji”. Jika dibaca terpisah, Wei artinya bahaya sedangkan Ji berarti kesempatan. “Di setiap krisis selalu ada kesempatan atau peluang untuk berkembang dan membangun organisasi,” ujar Aldi

Untuk itu, menurut pria yang tahun ini genap berusia 34 tahun tersebut, penting bagi humas memiliki panduan krisis. Mulai dari membuat daftar isu yang berpotensi menjadi krisis, melakukan mitigasi, membentuk tim krisis dan menunjuk juru bicara, jaga komunikasi dengan pihak yang terdampak dan media, hingga menjadikan krisis sebagai pembelajaran ke depan.  

Kepada rekannya sesama humas, pria yang hobi fotografi dan membaca buku ini berpesan agar selalu mengedepankan etika profesional dalam bekerja, memiliki keterampilan strategis seperti mampu memanfaatkan data untuk membangun reputasi, menyampaikan pesan secara verbal maupun visual, menguasai manajemen krisis dan kehumasan. “Humas harus terus belajar, melakukan riset, mempertajam konsep, serta membangun komunikasi yang efektif dengan berbagai pihak,” pungkas ayah dari Aqilah Dhaafara ini. (ais)