Majalah Internal, Masihkah Relevan?

PRINDONESIA.CO | Kamis, 24/09/2020 | 2.529
Apa pun bentuk srategi komunikasi untuk kalangan internal, PR harus menetapkan sasaran akhir secara jelas.
Dok.PR Indonesia

Di tengah menjamurnya platform digital sebagai sarana untuk mendapatkan informasi, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan majalah internal sebagai media komunikasi.

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Percaya atau tidak, keberadaan majalah internal BI yang bernama  Majalah Fokus tersebut masih dinantikan oleh 8 ribu pegawai BI di seluruh tanah air. Termasuk, perwakilan di luar negeri. Demikianlah pengakuan Director Communication Bank Indonesia (BI) Junanto Herdiawan saat menjadi pembicara dalam Indonesia Content Marketing Forum (ICMF) 2020 in the New Reality bertema “The New Platform of Internal Communication” Rabu, (9/9/2020).

Menurut Jun, begitu ia karib disapa, tantangan terberat saat menyusun majalah adalah mengontekstualisasikan kebijakan-kebijakan yang rumit ke dalam bahasa yang mudah dicerna, ringan, serta menarik untuk dibaca.

Sama halnya dengan Nitya Laksmiwati, Senior Manager Internal Communication Engagement PT Hutchson 3 Indonesia. Penyedia layanan telekomunikasi yang beroperasi di bawah merek 3 (Tri) ini juga mengandalkan keberadaan majalah internal sebagai salah satu saluran komunikasi internal yang efektif.

Dalam membangun majalah internal, ia bersama tim mengedepankan prinsip The 4M. Pertama, see me (lihat aku), menampilkan sampul yang stand out in the crowd atau menarik serta mencuri perhatian di antara tumpukan-tumpukan berkas. Kedua, pick me (pilih aku). Unsur ini harus menimbulkan rasa keingintahuan pembaca untuk membaca.

Ketiga, flip me (buka halamanku), menghadirkan rubrik-rubrik yang mampu menimbulkan rasa kebanggaan dari para karyawan. Contoh, rubrik Meet Me yang menghadirkan figur/sisi lain dari sosok karyawan. Terakhir, bring me (bawa aku). “Di 3 (Tri), komunikasi internal tidak hanya berperan sebagai transporter/pembawa pesan, tetapi harus memastikan pesan itu diterima dan dipahami dengan baik oleh karyawan,” ujar Nitya.

 

Tetapkan Sasaran

Meski begitu, Jun melanjutkan, apa pun bentuk srategi komunikasi untuk kalangan internal, PR harus menetapkan sasaran akhir secara jelas. Misalnya, apakah untuk meliterasi terkait produk dan kebijakan perusahaan, membangun engagement, mengelola ekspektasi, atau perilaku karyawan sesuai dengan yang kita harapkan.

Semua upaya itu juga merupakan sebagai langkah transparansi yang dilakukan oleh institusi/korporasi untuk menghindari timbulnya gosip di kalangan pegawai maupun  manajemen. “Komunikasi internal harus mampu mengurangi kemungkinan munculnya ruang-ruang itu. Salah satunya dengan membuka ruang diskusi melalui berbagai saluran,” kata Jun.

Beragam kanal komunikasi internal pun tak melulu harus berupa majalah internal. Bisa juga dalam bentuk TV, poster, e-mail, hingga menyelenggarakan berbagai kompetisi, sosialisasi, dan seminar virtual. “Kami membuka semua kanal ini dengan tujuan agar terjadinya koherensi hubungan antarpegawai baik secara daring maupun off-line,” ujar pria berkacamata itu. (ais)