Mengingatkan

PRINDONESIA.CO | Kamis, 21/01/2021 | 1.158
Bagi korporasi yang masih memiliki kemampuan bertahan hidup (survive), pandemi sungguh menantang menjadi pelajaran sangat penting dalam sejarah peradaban manusia.
Dok. Istimewa

Selama pandemi Covid-19 melanda negeri ini, ada begitu banyak kebijakan sudah diterbitkan pemerintah. Fokus penanganan pandemi pun, kini condong kepada upaya memulihkan perekonomian yang terkontraksi cukup dalam, sembari tetap memperketat protokol kesehatan penanganan Covid-19.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Anggaran pemerintah semakin banyak dikucurkan ke sektor-sektor produktif, baik korporasi dan UMKM, agar roda ekonomi bisa perlahan-lahan berputar. Sembari itu, vaksin yang digadang-gadang sebagai obat mujarab bagi virus Covid-19, terus ditunggu kehadirannya untuk segera didistribusikan kepada masyarakat.

Sektor ekonomi mau tak mau memang harus kembali membaik, dengan berupaya terus bergerak mencari ruang-ruang untuk bisa memperoleh bisnis. Sudah tidak terhitung berapa banyak usaha dan korporasi yang tutup atau menghentikan operasi sementara, akibat dampak pandemi. Jutaan pekerja telah di PHK. Kepada mereka, memang ada sejumlah bantuan langsung tunai (BLT) dalam berbagai skema. Seperti skema untuk sektor UMKM maupun bagi pekerja dengan upah di bawah Rp 5 juta/bulan. Setidaknya, sampai akhir tahun ini, skema-skema insentif itu masih terus digulirkan. Bahkan, bisa jadi hingga kuartal kedua tahun depan. Menilik indikasi pandemi juga belum jelas kapan berakhirnya.

Tidak kalah dengan masyarakat yang menerima BLT, sektor korporasi juga menikmati aliran dana dan insentif tidak langsung di bidang perpajakan. Semuanya demi menyelamatkan perekonomian nasional.

Bagi korporasi yang masih memiliki kemampuan bertahan hidup (survive), pandemi sungguh  menantang menjadi pelajaran sangat penting dalam sejarah peradaban manusia. Mereka mengatur beragam strategi. Mulai strategi efisiensi, mencari peluang pasar baru, hingga meluaskan lini bisnis (diversifikasi). Tidak lupa, terus berkomunikasi. Mengingatkan kepada publik jika mereka masih eksis.

Ada hal-hal yang sukar dipercaya, namun sungguh nyata terjadi. Korporasi yang terus-menerus mengingatkan audiens dengan menghadirkan karya tanpa henti–tentu dimodifikasi sesuai situasi pandemi—mampu membuktikan diri, bahwa pandemi juga bisa melahirkan bisnis. Kendati ukuran bisnisnya tidak sebesar di masa normal.

Mengingatkan publik, hadir dengan karya, adalah bentuk-bentuk berkomunikasi. Sementara jika hanya diam, tidak berbuat apa-apa, cepat atau lambat korporasi akan dilupakan audiens. Pilihan pun harus dijatuhkan pada strategi pertama, terus berkomunikasi dengan karya nyata.

 

Kreativitas dan “Sense”

Tantangannya, apa karya-karya nyata yang masih memungkinkan dihadirkan di masa pandemi yang sudah berbulan-bulan ini berlangsung? Ini adalah soal kreativitas dan sense setiap pebisnis. Soal kemampuan para pemimpin melihat jauh ke depan dan mendapatkan insight yang relevan dari situasi yang tengah terjadi. Itulah sebabnya, dalam sebuah industri, ada perbedaan sikap dan cara pandang mengelola audiens dari para pemain (korporasi).

Kemampuan membaca situasi yang mendalam, melihat peluang di depan, serta konsistensi berkarya kepada audiens, bagi saya adalah kunci untuk bisa survive di tengah pandemi. Saya percaya, investasi komunikasi yang terus dikucurkan di masa pandemi akan sangat membantu bagi korporasi untuk lebih cepat memperoleh kepercayan audiens di masa pascapandemi kelak. Ketimbang korporasi yang tidak berbuat apa-apa, hanya menunggu pandemi mereda.

Di luar itu semua, tentu ada campur tangan Langit yang memberi berkah bagi setiap ikhtiar yang kita lakukan. Pilihannya hanya dua: Terus berikhtiar (berkarya) dan dikomunikasikan secara konsisten. Atau, merenungi dan menunggu subsidi-subsidi yang datang. Saya kira, pilihan pertama jauh lebih berkah, sekaligus menguatkan pandangan bahwa pemimpin haruslah memiliki visi yang tajam dan mendalam, guna menuntun organisasinya keluar dari setiap kesulitan yang muncul. Tak terkecuali kesulitan (krisis) di masa pandemi Covid-19. Tabik! (Asmono Wikan)