Komunikasi yang Berdampak

PRINDONESIA.CO | Sabtu, 18/03/2023 | 5.122
Sudah bukan masanya lagi berkomunikasi sekadar menghambur-hamburkan biaya yang tak terkendali. Atau, sekadar memenuhi “pesanan” pihak tertentu untuk sekadar kepentingan sesaat.
Dok. rawpixel.com/Freepik

Praktik berkomunikasi sejak lama telah diyakini memberi pengaruh besar dan berdampak pada partisipan, baik target audiens maupun bagi komunikator (organisasi atau korporasi). Sayangnya, dalam banyak praktik, tidak semudah merealisasikan keyakinan di atas.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Sepanjang tahun 2022, misalnya, mengikuti berbagai penjurian tentang program kehumasan, masih banyak program public relations (PR) yang dilaksanakan tanpa mengukir dampaknya bagi pemangku kepentingan. Alias, hanya berhenti pada output. Sungguh pun demikian, ada cukup banyak dari mereka yang mencoba membangun kampanye komunikasi yang bertujuan memberikan dampak dan perubahan perilaku.

Untuk mengukir dampak dari sebuah kampanye komunikasi atau PR, tentu butuh upaya dan ikhtiar yang besar. Biaya, sudah pasti. Namun, yang lebih penting adalah visi dan tujuan yang ditetapkan. Semua program PR semestinya memiliki tujuan yang jelas. Dari sinilah awal upaya untuk menggapai dampak bisa dimulai.

Jika dianggap perlu dan penting, desain program PR akan mengarah ke dampak. Tetapi, jika dianggap pemborosan, hanya akan mengukir output. Ini soal pilihan, memang. Mau yang mudah, tapi hanya dapat “kulit luar”. Atau, yang lebih “berkeringat” mengerjakannya, namun berbuah dampak yang besar, bahkan perubahan perilaku di tingkat audiens.

Saya pribadi percaya bahwa program PR atau komunikasi yang menghasilkan dampak, jauh lebih efektif bagi penguatan reputasi organisasi/korporasi. Ketimbang yang sekadar membombardir media dengan aktivitas publisitas semata. Publisitas memang penting, namun tujuan berkomunikasi bukan semata-mata memenangkan pertarungan di media. Bukan untuk sekadar membangun imaji pencitraan diri dan korporat. Melainkan guna memperoleh dukungan, kepercayaan, sekaligus reputasi dari audiens.

Berkomunikasi sejatinya untuk menciptakan kesepahaman antara komunikator dan komunikan. Berkomunikasi itu pula seyogianya melibatkan hati dan empati. Mengelola pesan-pesan yang relevan dan empatik agar memperoleh respons yang lebih kuat. Pada akhirnya, menghasilkan dampak yang diharapkan dari awal.

Di tengah begitu riuh rendahnya pesan yang berseliweran di lini masa media sosial maupun melalui jagat media konvensional, berkomunikasi yang membawa dampak terlihat sulit. Untuk tidak mengatakan mustahil. Tapi, selalu ada jalan mewujudkannya, sepanjang kreativitas dan inovasi berkomunikasi didayagunakan. Sehingga, rute yang terlihat sulit menjadi lebih mudah dijalankan.

Tujuan dan Target

Semua, sekali lagi bermula dari menegaskan tujuan dan target komunikasi Anda. Formulasi tujuan akan menjadi sangat penting untuk merancang strategi komunikasi dan memilih model pendekatan komunikasi yang harus dilakukan. Sedangkan target komunikasi juga harus jelas. Apakah kalangan milenial, ibu-ibu rumah tangga, atau bahkan para pengambil kebijakan di lingkungan pemerintah? Deskripsinya harus jelas (clear).

Jika tujuan dan target sudah jelas, menyusun pesan-pesan komunikasi juga bakal lebih relevan. Identifikasi jenis pesan semakin mudah diupayakan. Pesan-pesan komunikasi menjadi lebih tepat sasaran. Terlebih, apabila didukung oleh pilihan pendekatan media yang komprehensif dan terukur. Tidak sekadar mempertimbangkan murah, atau sebaliknya prestise semata. Bauran pertimbangan pemilihan media berpotensi kuat memengaruhi keberhasilan komunikasi.

Sudah bukan masanya lagi berkomunikasi sekadar menghambur-hamburkan biaya yang tak terkendali. Atau, sekadar memenuhi “pesanan” pihak tertentu untuk sekadar kepentingan sesaat. Jika pilihan itu yang terjadi, hasilnya hanyalah sekadar seremoni komunikasi, bukan capaian reputasi. Karena yang digunakan adalah pendekatan komunikasi yang sesat. Tidak taat pada pakem. Itukah yang Anda inginkan bagi organisasi/korporasi? Saya yakin tentu tidak.

Justru sebaliknya, kesadaran membangun komunikasi yang berdampak, kini terasa semakin kuat arus utamanya di kalangan praktisi PR. Semoga Anda salah satunya yang memiliki kesadaran ini. Selamat Tahun Baru 2023. Saatnya tegakkan asas, berkomunikasi dengan memberikan dampak positif bagi organisasi kita maupun publik. Tabik! (Asmono Wikan)