Mengenal Fadjroel Rachman, Jubir Presiden

PRINDONESIA.CO | Rabu, 17/03/2021 | 3.217
Fadjroel Rachman, Jubir Presiden RI
Dok. CNN Indonesia

M. Fadjroel Rachman mengawali kariernya di bidang komunikasi sebagai jurnalis. Passion-nya di bidang komunikasi sudah terlihat saat ia masih menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB).

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Saat itu, ia menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Ganesha ITB. Semasa kuliah di jurusan Kimia ITB, ia juga kerap menulis di Harian Pikiran Rakyat dan Kompas. “Saya sering menulis tentang masalah-masalah terkait ekonomi dan hukum,” ujarnya dalam acara “Ngobrol di CPROCOM”, Kamis (11/3/2021).

Fadjroel lantas melanjutkan pendidikan magisternya di Jurusan Hukum Universitas Indonesia. Meski begitu, ia tak pernah benar-benar meninggalkan minatnya di dunia komunikasi. Sebab, pada masa itu ia dikenal aktif sebagai presenter TV dan radio. “Setelah itu baru saya mengikuti kata hati mengambil program doktoral di bidang komunikasi,” ujarnya.

Saat menjalani program doktoral, semesta mendukung Fadjroel untuk terus berada di dunia komunikasi. Hingga akhirnya, ia ditunjuk menjadi Juru Bicara Presiden dan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi di masa kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo periode kedua.

Sebagai juru bicara, tugas besar Fadjroel adalah menjaga dan meningkatkan kepercayaan kepada presiden. Berdasarkan survei yang dilakukan secara internal, saat ini tingkat kepercayaan masyarakat kepada Presiden mencapai 72 persen. Artinya, sudah cukup baik.

Agar kepercayaan tetap terjaga baik adalah tugas Fadjroel untuk mampu menerjemahkan arahan presiden kepada 270 juta rakyat Indonesia yang dikenal majemuk mulai dari latar belakang budaya, pendidikan, hingga usia. Tentu bukan perkara yang mudah. Oleh karenanya, ia menyebut tugas ini sebagai medan perjuangan. “Saya harus mampu menyampaikan bahasa tertentu, melalui kanal tertentu, untuk audiens tertentu,” ujarnya.

Dari satu pesan presiden, tim komunikasi harus membuat strategi beragam. Untuk itu, diperlukan analisis lingkungan, politik, ekonomi, sosial. Termasuk, analisis audiens, survei dan persepsi masyarakat agar tim komunikasi dapat menerapkan strategi komunikasi yang tepat.

Modal Sosial

Fadjroel berpendapat ada satu modal utama yang mesti dimiliki praktisi komunikasi untuk dapat mendukung peran dan fungsinya. Yakni, modal sosial (social capital). Menurutnya, jaringan sosial dapat memberi manfaat baginya di kemudian hari. “Suatu hari, Anda akan melakukan sesuatu bersama-sama orang yang ada di dalam jaringan Anda,” ujarnya.

Ia bercerita saat pertama kali bertemu Presiden Jokowi di ITB tahun 2012. Saat itu, Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo. Pertemuan itu berlanjut. Fadjroel menjadi relawan yang mendukung Jokowi untuk menjadi Gubernur hingga Presiden. Hingga akhirnya, orang nomor satu itu pun memintanya menjadi juru bicara kepresidenan.

Lainnya tak kalah penting, praktisi komunikasi wajib menguasai public speaking, kemampuan berdebat, menulis, dan analisis. Jadikan kemampuan-kemampuan itu sebagai dasar profesionalisme. “Di samping itu, kita juga harus memiliki ketangguhan agar semakin profesional,” tutupnya. (rvh)