Bersiap Hadapi Gelombang Kedua

PRINDONESIA.CO | Jumat, 09/04/2021 | 2.167
Disrupsi gelombang kedua akan disemarakkan dengan fintech, edutech, health tech, dan gim
Dok. Digital Adaption

Gelombang kedua disrupsi teknologi segera datang. Apa yang harus dipersiapkan oleh para pelaku public relations (PR)?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Saat ini ekonomi digital menyumbang produk domestik bruto sebesar 40 hingga 50 miliar dolar AS. Bank Indonesia memprediksi angka tersebut dapat menembus hingga 155 milliar dolar AS di tahun 2025. Peluang ini harus dimanfaatkan oleh masyarakat.

Menariknya, kata Wishnutama, Komisaris Utama Telkomsel Wishnutama Kusubandio saat mengisi Seminar Nasional Pekan Komunikasi UI 2021, Senin (5/4/2021),  ekonomi digital diikuti digital platform justru tumbuh pesat di kala kondisi ekonomi melambat saat pandemi.  “Sayangnya, nikmatnya pertumbuhan ekonomi akibat dari pesatnya perkembangan digital platform, baru dirasakan oleh bangsa asing. Sementara negeri ini hanya menjadi penonton dan dijadikan pasar,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata pria yang karib disapa Tama itu, tidak ada waktu lagi bagi bangsa ini untuk menangkap peluang. Di era 4G ini, semuanya beralih ke digital. Disrupsi di bidang e-commerce, jasa food delivery, dan travelling sudah sangat terasa. Padahal yang kita sedang alami sekarang baru berada di gelombang pertama. “Kita belum masuk gelombang kedua,” katanya.

Kelak, gelombang kedua akan disemarakkan dengan kehadiran fintech, edutech, health tech, gim, teknologi IoT secara masif yang dapat mengendalikan industri perkebunan hingga pertambangan, hingga mission critical IoT yang memungkinkan dokter melakukan tindakan operasi kepada pasien dari jarak jauh. “Semua pihak harus jeli melihat peluang ini dan terus berinovasi agar tidak terdisrupsi,” ujarnya. Termasuk praktisi PR dalam hal membangun strategi komunikasi beserta taktiknya.

Agar tidak hanya menjadi penonton dan sasaran pasar, Tama juga mendorong terwujudnya kedaulatan digital. Yakni, menciptakan regulasi yang mendukung kemandirian digital di Indonesia.

Perkuat Inovasi

Ya, inovasi adalah suatu keharusan di era ketidakpastian. Seperti yang diyakini Corporate Communications Director Traveloka Reza Juniarshah. Untuk itu, Traveloka tak pernah berhenti berinovasi meski di tengah pandemi.

Antara lain, menyediakan tes COVID-19 di Bandara Soetta dan mengampanyekan fitur Traveloka Clean Partners. Fitur ini disematkan di produk dan layanan Traveloka untuk mendukung program pemerintah menerapkan protokol clean, health, safety, and environment (CHSE) kepada para pelaku usaha di bidang pariwisata dan kreatif. Serta, memberikan fleksibilitas menjadwalkan ulang pesanannya sesuai keinginan pelanggan. (rvh)