Rumus Pagar Bambu Berlapis agar Pandemi Terkendali

PRINDONESIA.CO | Jumat, 16/04/2021 | 1.557
Sigit Pramono, Ketua GPM: “Pagar pertahanan kita harus berlapis. Karena, setiap intervensi yang dilakukan dalam menangani pendami selalu ada kekurangannya".
Dok.Istimewa

Konsep pertahanan ala Pagar Bambu Berlapis Menuju Pandemi Terkendali (PT) yang diadaptasi dari teori Swiss Cheese Model, diyakini mampu menangani pandemi COVID-19. Lantas, seperti apa rumusnya?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO -  Menurut Sigit Pramono, Ketua Umum Gerakan Pakai Masker (GPM), perubahan perilaku menjadi syarat mutlak pengendalian pandemi COVID-19. Untuk itu, seluruh elemen masyarakat perlu menerapkan rumus PT = 3M + 3T + V. Yakni, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan (3M), ditambah testing (melakukan tes), tracing (pelacakan secara cepat dan akurat), treatment (3T), serta vaksinasi (V). Semuanya harus dilakukan secara menyeluruh.

“Pagar pertahanan kita harus berlapis. Karena, setiap intervensi yang dilakukan dalam menangani pendami selalu ada kekurangannya,” ujar Wakil Ketua KADIN itu saat mengisi webinar bertajuk “Manfaat Perubahan Perilaku Memakai Masker dan Vaksinasi Gotong-Royong di Lingkungan Industri”, Rabu (7/4/2021).

Ya, sesuai target pengendalian pandemi, yakni menurunkan kurva konfirmasi positif dan memutus rantai penularan secepatnya, pandemi ini hendaknya memberikan pelajaran berharga bagi kita semua untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Sekaligus, bersahabat dengan COVID-19. Dengan kata lain, menciptakan kondisi masyarakat yang dapat berkegiatan sehari-hari dan bersifat produktif, tetapi aman dari paparan virus.

Mudah dan Murah

Gerakan Pakai Masker (GPM) sendiri merupakan kampanye perubahan perilaku yang secara konsisten mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker serta menerapkan protokol kesehatan. “GPM adalah upaya paling mudah dan murah daripada kita harus PSBB lagi. Sebelum vaksin ada di tangan kita, jalan paling mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan menggunakan masker,” ujar Sigit.

Namun, bukan perkara mudah mengubah kebiasaan masyarakat. Padahal, menurut Sigit, manfaat yang didapatkan ketika kita konsisten menggunakan masker tidak hanya melindungi diri dari paparan COVID-19. Tetapi juga bisa terhindar dari segala bentuk penyakit lain yang berhubungan dengan saluran pernafasan.

Tidak hanya soal masker, GPM turut mengampanyekan isu vaksinasi secara masif. Sebut saja kampanye “Maskerku adalah Vaksinku Maskermu adalah Vaksinmu”. Mengutip pernyataan Ketua Umum Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro, Sigit mengatakan, herd immunity (kekebalan komunal) bukanlah tujuan utama dari vaksinasi melainkan untuk menurunkan angka kematian. “Untuk itu, di tengah-tengah euforia vaksinasi, kita tetap mengampanyekan penggunaan masker. Karena, banyak orang yang menganggap jika sudah divaksin, tidak perlu memakai masker,” ujarnya seraya mengingatkan kembali kampanye “Sudah Divaksinasi Harus Pakai Masker, Belum Divaksinasi Apalagi”. (ais)