Bagi rumah sakit PT Pertamina Bina Medika IHC, suara pasien atau patient voice sangat menentukan baik buruknya reputasi perusahaan. Perlu kepiawaian dalam mengelolanya. Apalagi di tengah era digital seperti sekarang.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Hal itu pula yang menjadi perhatian Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika IHC Fathema Djan Rachmat. Sebab, pendapat negatif pasien berpotensi memicu krisis di rumah sakit. Apalagi jika pasien mengunggahnya ke media sosial. Namun, jika pasien memiliki pengalaman dan pendapat positif tentang layanan kesehatan justru akan menjadi kekuatan dalam meningkatkan reputasi rumah sakit.
Mengutip dari pediatri asal Washington, Amerika Serikat, Deana DeSouza, suara pasien merupakan pendapat, pengalaman, dan pandangan yang didapat oleh pasien terhadap pengobatan yang mereka terima. Pendapat ini menjadi sangat kuat untuk memperbaiki brand rumah sakit. Dan, sebaliknya.
Patient voice menjadi penting karena rumah sakit harus memastikan nilai yang diperoleh pasien setelah mendapatkan pengobatan. Biasanya, hal itu berhubungan dengan kebutuhan pasien. Contoh, saat ini kita sering mendengar kampanye, customer matters maupun passenger matters pada perusahaan penerbangan. Begitu pula dengan rumah sakit. Pertamina IHC juga menerapkan patient matters. “Sebab, sektor kami sangat berhubungan dengan penyakit dan nyawa pasien,” ujarnya saat menjadi pembicara Munas Perhumasri yang digelar secara virtual awal Juli lalu.
- BERITA TERKAIT
- Budi Wahju Soesilo, Dirut Pupuk Kaltim: Mengawal Ketahanan Pangan Melalui Produksi & Distribusi Pupuk
- Agus Cahyono Adi, Kementerian ESDM: Peran Strategis Humas Kementerian ESDM
- Komitmen Peningkatan SDM, Dirut PGE Raih Penghargaan HCPA 2023
- Dirut Pertamina Nicke Widyawati Jadi Satu-satunya Wanita ASEAN di Most Powerful Women 2023
- Presdir Unilever Indonesia Raih Asia's Most Inspiring Executives dari ACES Awards