Pentingnya Analisis Situasi dalam Strategi Komunikasi

PRINDONESIA.CO | Kamis, 09/12/2021 | 4.222
Pentingnya analisis situasi
Dok. PR INDONESIA

Analisis situasi bertujuan untuk mengetahui di posisi mana instansi kita berada. Cara menentukannya adalah dengan menggunakan tools analisis SWOT dan PESTEL.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hal ini diungkapkan oleh founder dan konsultan NAGARU Communication Dian Agustine Nuriman dalam workshop “Mengelola Komunikasi Publik yang Efektif Untuk Memperkuat Citra dan Reputasi” yang diselenggarakan secara hibrida, Selasa (30/11/2021).

Dalam workshop yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan PR INDONESIA ini, Dian mengatakan, salah satu elemen terpenting dalam penyusunan strategi komunikasi adalah analisis situasi. “Analisis situasi bertujuan untuk mengetahui di posisi mana instansi kita berada,” katanya.

Untuk memperoleh analisis situasi ini, ada dua tools yang digunakan. Pertama, analisis strength, weakness, opportunity, threat (SWOT). Analisis strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) mengacu pada faktor internal. Misalnya, sumber daya keuangan, sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan akses ke sumber daya alam, merek dagang, dan hak cipta.

Yang kedua, analisis opportunity (kesempatan) dan threat (ancaman). “Analisis ini merupakan kekuatan eksternal yang memengaruhi setiap organisasi dan individu, seperti  tren pasar, tren ekonomi, pendanaan, demografi, hubungan dengan mitra, serta peraturan perundangan di bidang politik, lingkungan, sosial, dan ekonomi,” ujar Dian.

Adapun tools kedua adalah analisis PESTEL yang terdiri dari political, economic, social, technological, environmental, dan legal. Analisis politik adalah faktor politik dengan melihat tingkat intervensi pemerintah melalui elemen-elemen regulasi, kebijakan pemerintah, kelembagaan, dan tata kelola. Analisis ekonomi adalah faktor ekonomi melihat kondisi ekonomi eksternal seperti sumber pendanaan, kebijakan ekonomi, pendapatan per kapita, biaya produksi, dan insentif.

Analisis sosial mencakup demografi, gaya hidup, opini publik di media, percakapan di media sosial, budaya lokal, dan pengaruh berbagai event. Faktor teknologi mencakup elemen aktivitas penelitian dan pengembangan, teknologi layanan pelanggan, dampak teknologi, pemanfaatan teknologi komunikasi, dan insentif teknologi.

Faktor lingkungan mencakup perubahan iklim, gaya hidup ramah lingkungan, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Sedangkan faktor legal berkaitan dengan perlindugan konsumen, kesehatan dan keselamatan kerja, diskriminasi, dan hak cipta.

Identifikasi Isu

Setelah analisis situasi, tahap selanjutnya adalah identifikasi isu. Dalam mengidentifikasi isu, praktisi PR harus mengetahui background, player, scope, administration, issue age, dan level of understanding.

Pada tahap background, praktisi PR harus mengetahui mengapa dan bagaimana masalah ditemukan, penyebab masalah muncul, hubungan masalah dengan perusahaan, dan mengapa perusahaan harus terlibat dalam masalah ini. Pada tahap player, praktisi PR harus mengetahui siapa yang mengangkat masalah ini, sumber informasinya, pemain, ahli, dan tokoh yang direkomendasikan sebagai pemimpin masalah. Sedangkan pada tahap scope bertujuan untuk membuat batasan masalah, berbagai hal yang harus dipertimbangkan sebagai ruang lingkup masalah, yang harus dinilai, hingga yang penting.

Pada tahap administration, PR harus membuat list masalah, memasukkan nama masalah dan kode masalah ke dalam model PESTEL, dan menentukan domain masalah di tingkat perusahaan atau divisi. Selanjutnya, issue age. Yakni, berapa lama masalah ada setelah masalah ditemukan, bagaimana tingkat masalah, dan urgensi dari masalah tersebut. Terakhir, level of understanding. Tujuannya, untuk mengetahui tingkat pemahaman atau kesadaran terhadap masalah ini. (rvh)