Tanpa menghiraukan siapa publisher-nya, publik kini lebih mementingkan konten. Hal inilah yang menjadi perhatian PR dalam mengelola konten digital untuk menjangkau audiens target.
BALI, PRINDONESIA.CO – Seperti yang diungkapkan oleh founder BAYK Strategic Sustainability Arya Gumilar dalam workshop JAMPIRO bertema “Mengelola Konten dan Komunitas Digital untuk Memperkuat Reputasi” di Bali, Kamis (9/12/2021).
Arya mengatakan, disrupsi industri media membuat masyarakat lebih mementingkan konten ketimbang publisher. “Dampaknya, saat ini tidak jarang kita menemukan homeless media. Beritanya viral, namun kita tidak tahu jelas di mana kantor media tersebut,” ujar Arya.
Makin pelik karena ditambah dengan adanya mobokrasi algoritma yang memberi peluang konten yang melibatkan kerumunan (mob) menjadi viral. Dengan mobokrasi algoritma, unggahan yang nyaring, marah, agresif, sensasional, atau bias akan mendapatkan atensi lebih banyak dan menyebar lebih cepat. Sebab, mobokrasi algoritma memberikan ruang luas bagi peneguhan atau penguatan kerumunan yang “marah” satu sama lain.
“Media sosial juga dapat mendeteksi profil kita sehingga iklan yang muncul akan sesuai dengan kebutuhan kita,” ujarnya “Namun, kecanggihan AI ini juga menimbulkan efek ruang gema. Yakni, kita hanya dapat informasi yang senada dengan apa yang kita pikirkan. Sehingga, sehingga hoaks dan post-truth makin tak terbantahkan,” ungkap Arya.
Mulai dari Data
Untuk mengelola konten digital agar efektif mencapai audiens target, Arya mengatakan, mulailah dari data. “Sesederhana mulai mencatat tentang audiens dan kebutuhannya, nantinya data-data ini akan menjadi big data,” ujarnya seraya menambahkan saat ini telah tersedia tools untuk social media listening yang perannya mendengarkan kebutuhan audiens.
Sementara dalam membuat konten, Arya merangkum tujuh langkah yang harus menjadi perhatian. Pertama, unique value preposition. Untuk menentukan unique value proposition, praktisi public relations (PR) harus menggabungkan tiga insight meliputi brand insight, consumer insight, dan market insight. Langkah kedua, personality. Layaknya manusia yang memiliki ciri spesifik, brand juga harus tegas dalam menunjukkan personality dan bagaimana mengambil sikap.
Ketiga, tujuan. Dari tujuan bisnis, PR harus menurunkannya ke dalam tujuan komunikasi. Setelah itu, menurunkannya lagi ke dalam tujuan kampanye dan tujuan konten. Langkah keempat, menentukan apa yang ingin disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya. “Audiens akan menaruh perhatian pada konten yang relate dengan kehidupan mereka sehari-hari dan mengandung unsur emosi. Namun, ingat, jangan tinggalkan brand personality,” katanya seraya memberi pesan.
Langkah selanjutnya, kolaborasi kreatif. Tak hanya influencer, PR juga harus melibatkan audiens agar mereka merasa lebih dekat dengan brand,” ujarnya. Keenam, game plan. Maksudnya, jangan membiarkan konten bergerak sendiri. Tapi, rencanakan skenarionya.
Terakhir, atau ketujuh, engagement. Untuk membina engagement, PR dapat membalas komentar audiens layaknya teman. Dengan begitu, audiens akan merasa diperhatikan oleh brand. Mereka bahkan dapat menjadi evangelist untuk brand.
Menurut Arya, berkah internet 2.0 bagi korporat sesungguhnya bukan karena mampu membuat pesan tersebar lebih cepat, lebih luas, atau lebih simultan. Bukan juga karena internet mampu meniadakan jarak dan mampu membuat menekan anggaran kampanye menjadi jauh lebih murah. “Berkah sesungguhnya adalah internet mampu menciptakan ruang dialog antara korporat dengan publiknya,” tutupnya. (rvh)
- BERITA TERKAIT
- ICON PR INDONESIA 2023- 2024: Menjadi Motor Penggerak
- Pemenang PR INDONESIA Terpopuler: Makin Adaptif dengan Perkembangan Zaman
- Pemenang Insan PR INDONESIA 2023: Bukti Pengakuan
- Dua Tips Meramu Identitas "Brand" yang Kuat
- Mengomunikasikan ESG ke Dalam “Brand Storytelling”