Fandom, Kekuatan Baru bagi “Brand”

PRINDONESIA.CO | Rabu, 27/07/2022 | 1.357
Ada tiga matters (hal yang penting) yang ingin dipenuhi oleh masyarakat ASEAN melalui fandom yaitu, to matter, to have something that matters, dan to have my hopes that matters.
Dok.Istimewa

Fandom merupakan subkultur sekelompok penggemar yang ditandai oleh perasaan empati terhadap orang lain yang memiliki minat sama. Meskipun bukan hal baru, namun fandom dapat menjadi kekuatan baru bagi organisasi, terutama brand.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN), institusi yang berada di bawah naungan salah satu perusahaan periklanan ternama di Jepang, Hakuhodo Inc. mengadakan Forum HILL ASEAN secara virtual, Kamis (19/5/2022). Dalam forum ini, HILL ASEAN mengumumkan hasil temuan dari riset terbarunya yang bertajuk “Into the Fandom – How Tribes of Fans will be the Next Power in Society?” Penelitian ini dilakukan di enam negara ASEAN dan Jepang.

Menurut Institute Director HILL ASEAN dan Executive Director Strategy Hakuhodo International Indonesia Devi Attamimi, kehadiran fandom di ASEAN bukan hal yang baru. Namun, kondisi pandemi COVID-19 berdampak pada semakin meningkatnya jumlah orang yang mengikuti komunitas fandom.

“Pandemi membuat masyarakat memiliki lebih banyak waktu di rumah. Kondisi ini mendorong mereka untuk mencari cara yang paling memungkinkan untuk dapat mengakses hal yang mereka sukai dan memenuhi afirmasi diri,” ujar Devi.

Di satu sisi, antusiasme publik terhadap fandom juga mengingatkan tentang berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang telah mengakar di ASEAN dan tidak dapat diselesaikan oleh masyarakat umum.

Komunitas fandom di ASEAN merupakan bentuk dari “masyarakat ideal” atau utopia. Yakni, semua anggota sejajar, tidak ada hierarki, dapat berkomunikasi dengan bebas, tidak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, atau status ekonomi dan sosial. “Kami menyebut fandom ini sebagai ‘matter-verse’. Komunitas ideal yang merespons kebutuhan penting masyarakat yang sulit dicapai di dunia nyata,” katanya.

Tiga “Matters”

Menurut Devi, ada tiga matters (hal yang penting) yang ingin dipenuhi oleh masyarakat ASEAN melalui fandom yaitu, to matter, to have something that matters, dan to have my hopes that matters. “Ini berarti kehadiran fandom dapat membuat mereka merasa keberadaannya di dunia ini penting, memungkinkan mereka untuk memiliki atau melakukan sesuatu yang berarti, dan memberi ruang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mereka anggap paling penting,” ujarnya.

Bagi masyarakat ASEAN, bergabung dalam fandom merupakan salah satu bentuk memenuhi kebutuhan untuk memiliki hubungan/bersosialisasi dengan orang lain. Mereka secara aktif berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas. Berbeda dengan masyarakat Jepang yang menggunakan fandom untuk bersenang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek fandom yang paling banyak diikuti di ASEAN selama pandemi sesuai urutan adalah K-Pop, gim, dan memasak. Sedangkan khusus di Indonesia, urutan subyek fandom terbanyak dimulai dari memasak, gim, lalu K-Pop. Di satu sisi itu, sekitar 83% dari masyarakat ASEAN juga mengakui mereka menjadi penggemar dari brand tersebut. Alasannya, karena kualitas produk atau layanan yang baik, adanya nilai emosional, dan didukung komunitas fandom yang tak terbatas.

Devi menambahkan, kehadiran fandom dapat menjadi kesempatan bagi organisasi/brand untuk membuka peluang pasar. “Dengan memanfaatkan karakter konsumen terhadap brand, kita dapat mengarahkan brand menjadi lebih baik,” tutupnya. (rvh)