Banyak perusahaan yang terjebak dalam persepsi audiens yang salah. Kondisi ini berdampak pada tingkat kepercayaan dan reputasi. Bagaimana memperbaikinya?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Tidak mudah menerjemahkan lalu mengomunikasikan visi organisasi ke publik. Adanya misinformasi sedikit saja, bisa memengaruhi cara pandang dan persepsi publik terhadap visi organisasi. Pengalaman ini dirasakan oleh Agung Laksamana, EVP Government Relations, External Affairs & Corpcomms PT Freeport Indonesia. Ia menyampaikannya di hadapan para peserta International Public Relations Summit (IPRS) di Bali, Rabu (24/11/2022).
Agung mengatakan, masyarakat umumnya memiliki persepsi bahwa PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang emas. Padahal tambang, tembaga, dan emas hanya merupakan salah satu dari sekian banyak komoditi yang dikelola oleh Freeport.
Masyarakat juga masih banyak yang menilai perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh asing. Padahal sebagian besar saham dan keuntungan PT Freeport Indonesia dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Dengan banyaknya disinformasi dan misinformasi terkait organisasi, bagaimana PT Freeport Indonesia mengomunikasikan visi dan nilai-nilai perusahaan?
Agung membaginya ke dalam tiga kunci utama agar pesan yang ingin disampaikan organisasi dapat tersampaikan dan diterima dengan efektif oleh audiens. Di antaranya engage, educate dan inspired.
“Engaged”
Menurut pria yang merupakan Ketua Umum BPP PERHUMAS periode 2017 – 2020, organisasi perlu untuk engaged atau melibatkan stakeholders dalam setiap komunikasi mereka. Selama proses pelibatan stakeholders tersebut, organisasi harus menentukan positioning mereka terlebih dahulu. PT Freeport Indonesia, misalnya, memetakan posisi mereka melalui beberapa aspek. Antara lain, kontribusi untuk Papua, produk perusahaan yang aman dan keberlanjutan, serta faktor lainnya. Setelah itu, organisasi dapat menentukan stakeholders yang ingin dituju.
“Educate”
Educate mengandung makna upaya organisasi menyebarkan pesan yang ingin disampaikan melalui saluran komunkasi yang tepat. Untuk upaya ini, PT Freeport Indonesia mengundang tokoh masyarakat dan pemangku kebijakan untuk datang ke lokasi untuk melihat dan merasakan langsung kegiatan operasional perusahaan. Implementasi langkah kedua ini mencapai puncaknya ketika Presiden Joko Widodo mendatangi tambang Grasberg di Papua. Kunjungan tersebut melahirkan testimoni yang akhirnya berdampak pada meningkatnya kepercayaan publik dan reputasi perusahaan.
“Inspire”
Pada tahapan ini, organisasi fokus pada outputs dan outcomes yang dihasilkan dari tahapan engage dan educate yang telah dilakukan. Contoh, dari output menghasilkan konten positif terkait organisasi di media, meningkatnya interaksi di laman media sosial, proyek kolaborasi, dan lain sebagainya. Sementara dari hasil dari outcomes dapat dilihat dari semakin bertumbuhnya kepercayaan audiens, persepsi audiens sesuai dengan visi organisasi, dan reputasi yang kian membaik.
Tiga nilai utama ini, kata Agung, yang membawa presepsi audiens terhadap PT Freeport Indonesia ke arah lebih baik. Pada intinya, testimoni dari tokoh yang dipercaya audiens memegang peranan penting. Khususnya, dalam menumbuhkan persepsi dan kepercayaan publik. Sebab, pernyataan yang dibuat sendiri oleh perusahaan atau organisasi cenderung tidak diyakini dan dipercaya audiens. (zil)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab