Era perkembangan teknologi cara paling efektif mengatasi krisis yakni menggunakan strategi digital public relation (PR). Bagaimana caranya?
Oleh: Bima Marzuki, Founder dan CEO Media Buffet PR
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Masihkah Anda ingat kasus Esteh Indonesia yang terjadi pada akhir September 2022? Ketika itu perusahaan makanan dan minuman yang didirikan oleh Haidhar Wurjanto pada tahun 2018 tersebut melayangkan somasi kepada warganet, namun berujung viral.
Manajemen PT Esteh Indonesia tidak menduga apabila surat somasi yang mereka layangkan kepada pemilik akun Twitter @Gandhoyy akan menjadi blunder karena menciptakan kegaduhan di media sosial. Alih-alih ingin membela brand ekuitas mereka dan memberikan efek jera bagi pemilik akun, Esteh malah menerima respons negatif dan serangan kemarahan dari warganet.
Kasus ini berawal ketika @gandhoyy mencuitkan kritik tentang rasa Chizu Red Velvet, salah satu produk Esteh Indonesia, yang dinilainya terlalu manis. Ia bahkan sempat menyebut jika gula yang dipakai di minuman tersebut lebih dari tiga kilo. Tak terima dengan cuitan tersebut, Esteh Indonesia segera melayangkan somasi. Mereka menilai cuitan tersebut sebagai bentuk tuduhan yang tidak berdasar dan bisa menggiring opini negatif terhadap produknya. Namun, warganet justru lebih banyak mendukung @gandhoyy. Sebaliknya, mereka malah menyerang Esteh.
- BERITA TERKAIT
- Kunci Utama Memimpin Tim Tetap Solid di Tengah Krisis Komunikasi
- Demokrasi di Meja Makan
- Peran Pengelolaan “Stakeholder” Mendukung Penerapan ESG dan Keberlanjutan
- Pentingnya Juru Bicara dalam Membangun Kredibilitas IKN
- Begini Rahasia Sukses Konferensi Pers