Pada Minggu (27/8/2023), genap delapan tahun Ikatan Pranata Humas Indonesia (Iprahumas) berdiri. Iprahumas lahir dari Kongres Pranata Humas Indonesia di Bandung, Jawa Barat. Peristiwa tersebut menjadi sebuah langkah besar bagi Humas Pemerintah (dalam hal ini khususnya Pranata Humas), untuk bahu membahu memberikan warna cerah bagi pengelolaan komunikasi publik tanah air.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ketua Umum Iprahumas Thoriq Ramadani mengatakan, Program Kerja Nasional Iprahumas 2022-2024 salah satunya adalah menargetkan karya dari 100 penulis Iprahumas. Program ini merupakan sebuah penghargaan sekaligus pengembangan kompetensi untuk terus melahirkan gagasan dan pemikiran untuk bangsa dan negara.
“Tahun lalu, Iprahumas menerbitkan buku 111 penulis Pranata Humas untuk mendukung G20,” imbuh Thoriq. “Saat ini, sekaligus memperingati sewindu Iprahumas, kami melanjutkan dengan memberikan sumbangsih dalam mendukung ASEAN Epicentrum of Growth, dalam program 'Call for Paper Iprahumas' bersama dengan para akademisi,” tambahnya.
Merayakan ulang tahun Iprahumas, Minggu (27/8/2023), terdapat 17 pemakalah yang memaparkan hasil penelitian yang telah mereka susun dalam artikel karya tulis ilmiah kehumasan dalam "Call for Paper Iprahumas". Mereka adalah para anggota Iprahumas dan di antaranya ada yang ditulis bersama non anggota Iprahumas. Dalam penyelenggaraannya, Iprahumas menggandeng sejumlah pakar di bidang ilmu komunikasi sebagai reviewer makalah ilmiah yang dipaparkan.
Reviewer tersebut adalah Ika Karlina Idris dari Monash University Indonesia, Fitria Ayuningtyas dan Munadhil Abdul Muqsith dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, dan Dyah Rachmawati Sugiyanto mewakili Iprahumas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus sebagai Wakil Ketua Umum Iprahumas.
Menutup kegiatan, masing-masing reviewer menyampaikan ulasannya masing-masing secara umum. Dyah mengatakan bahwa momen ini memang betul-betul untuk me-review, memberi masukan kepada pemakalah/presenter, bukan menjanjikan tulisan akan terbit di jurnal maupun sebagai prosiding. Selain itu, reviewer memberikan tiga jenis rekomendasi yaitu tulisan layak dijadikan sebagai tulisan populer, karya tulis ilmiah (KTI) dengan perbaikan, dan kajian yang lebih besar cakupannya.
“Semua ide berbeda-beda dan telah disampaikan dengan baik oleh para presenter, meskipun masih perlu ada revisi. Terdapat tiga paper yang ditulis dalam format KTI dan ada satu yang ditulis dalam tulisan ilmiah populer,” urainya.
Selanjutnya, masukan teknis dari Fitria salah satunya adalah pada latar belakang. “Seyogianya peneliti menuliskan fenomena penelitian yang digambarkan dapat memperkuat keilmuan pada bagian latar belakang,” ujarnya. “Sebab ini adalah penulisan KTI, maka diharapkan akan memberikan manfaat akademis dan juga praktis,” sambungnya.
Melengkapi Fitria dan Dyah, Ika Karlina Idris menjelaskan bahwa tulisan ilmiah sudah pasti bermuatan keilmuan. Ia juga mengapresiasi ide-ide penelitian yang luar biasa dari para pemakalah. Ika menyarankan beberapa hal teknis, seperti penggunaan kalimat aktif lebih kuat maknanya dari pada kalimat pasif. Ia berpesan terkait para pemakalah yang meneliti di lembaganya sendiri biasanya muncul bias. Untuk itu, peneliti perlu melakukan triangulasi agar mendaptkan hasil yang valid. Ika berharap setelah ada perbaikan, artikel-artikel yang dipaparkan selanjutnya dikirim ke jurnal nasional terakreditasi.
Munadhil, reviewer yang juga menyampaikan ulasannya mengatakan bahwa sejak awal IMRAD harus sudah clear. Ia berharap para pemakalah dapat lebih banyak membaca buku-buku terkait metodologi penelitian. “Jangan berhenti menulis setelah ini agar kita terus belajar dan tertantang, sebab banyak isu menarik yang bisa ditulis dari perspektif komunikasi,” tutupnya.
Sebagai informasi, berikut 17 pemakalah yang memaparkan KTI kehumasan dalam "Call for Paper Iprahumas":
1. Tiara Kharisma, S.I.Kom., M.Si. (Arsip Nasional Republik Indonesia)
2. Dessy Angreni, S.Sos. (Diskominfo Kabupaten Kotawaringin Barat)
3. Sri Rahmi Purnamasari (Kementerian PUPR)
4. Iwa Gandiwa Dhiras, S.I.Kom. (Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTB)
5. Silvany Dianita, S.Psi., M.Psi. (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri)
6. Dewi Yuliyanti, S.Sos. (Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah)
7. Prayuda Said, S.Sos. (Dinas Komunikasi Informatika Statistik Dan Persandian Kabupaten Gowa)
8. Penny Sylvania Putri (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
9. Ied Sabilla, S.Sos., M.Si. (Dinas Kominfotik Provinsi DKI Jakarta)
10. Muchammad Fadlan, S.Pd.I., S.Kom., M.Si. (UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto)
11. H. Suhirman Adinata, M.Pd. (Universitas Islam Negeri Mataram)
12. Thoriq Ramadani, S.I.Kom., M.Tr.A.P., Arid Riza Abadi, S.Sos., dan Dian Eka Puspitasari, S.Sos., M.S.M. (Kementerian ESDM)
13. Zaid, S.T. (Kementerian Agama Kabupaten Lingga)
14. Mayrianti Annisa Anwar, S.P., M.Si. (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
15. Endah Kartikawati, S.E., M.M. (Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian)
16. Bambang Sri Koentjoro, S.P., M.Kom. (BSIP Aneka Kacang - Kementan)
17. Christine Widianingrum, dan S.Pd., Karlina Gusmarani, M.A. (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa ide-ide dalam KTI yang dipaparkan berasal dari para anggota Iprahumas yang bekerja di 5 kementerian, 2 lembaga, dan 7 pemerintah daerah, serta 1 universitas. (mfp)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab