Mengenal Peran Komunikasi dalam Kepemimpinan

PRINDONESIA.CO | Kamis, 26/10/2023
Ketua Iprahumas Thoriq Ramadani di acara JAMPIRO #9, Yogyakarta, Rabu (25/10/2023)
Dok. karyasaka.id/PR INDONESIA

Sebagai nakhoda organisasi, pemimpin wajib memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini dapat membawa pengaruh dan dampak yang lebih besar bagi organisasi.

YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kemampuan berkomunikasi tidak hanya wajib dimiliki oleh praktisi public relations (PR), tetapi  juga merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh pemimpin.

Menurut Ketua Ikatan Pranata Humas (Iprahumas) Indonesia Thoriq Ramadani, di hadapan peserta sesi Konferensi Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) #9 di Yogyakarta, Rabu (25/10/2023), kemampuan komunikasi menjadi penting bagi pemimpin karena berkaitan dengan perannya dalam menetapkan tujuan, memberikan pemahaman, memotivasi tim, menggali ide, menerima masukan, dan mencapai tujuan organisasi.

Ia merangkum ada lima keterampilan komunikasi yang mesti dimiliki pemimpin. Pertama, kemampuan untuk menyesuaikan gaya komunikasi. “Pemimpin hendaknya berkomunikasi berdasarkan preferensi dan latar belakang audiens,” kata Thoriq.

Kedua, kemampuan mendengarkan dengan baik. Pemimpin, kata Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini, harus mampu menciptakan komunikasi dua arah dan mendengarkan referensi dari tim.

Ketiga, kemampuan berkomunikasi secara transparansi, jelas, dan penuh empati. Selain itu, pemimpin juga harus mampu menyampaikan pesan dengan baik dan beretika. Keempat, kemampuan untuk bertanya.

Di Kementerian ESDM, Thoriq mengatakan, pemimpin membangun komunikasi lewat sharing session. Tim komunikasi, selanjutnya, akan menyampaikan rencana editorial dan evaluasi yang dapat menjadi masukan bagi pemimpin.

Kelima, pemimpin bersedia menerima dan menerapkan umpan balik. Berdasarkan hasil evaluasi, tim komunikasi dan pemimpin bisa merumuskan konten untuk selanjutnya disebarluaskan di berbagai kanal komunikasi organisasi.

Thoriq tidak menampik, pemimpin pasti menghadapi tantangan setiap berkomunikasi. Dalam mengatasi hal tersebut, penting bagi pemimpin untuk memahami budaya. “Sebab, etos kerja sangat berpengaruh dari latar belakang budaya,” kata Thoriq.

Selanjutnya adalah menyederhanakan pesan. “Tujuan komunikasi adalah agar pesan sampai, sehingga pemimpin harus bisa merancang pesan yang mudah diterima berbagai kalangan,” ujarnya. Tak lupa, pemimpin hadir dalam pertemuan tatap muka. Berbeda dengan komunikasi daring, menurut Thoriq, pertemuan tatap muka masih sangat diperlukan untuk menghadirkan komunikasi verbal dan nonverbal secara utuh.

Berdampak

Bagi penulis buku Siapa Humas?: Mengenal Ujung Tombak Komunikasi yang diterbitkan tahun 2020 ini dampak dari komunikasi kepemimpinan adalah tercapainya tujuan organisasi. Untuk mendukung sampainya komunikasi pemimpin kepada khalayak, tim komunikasi harus menjaga semangat kerja. Di tim komunikasi Kementerian ESDM, hal ini meliputi publikasi kegiatan pimpinan, menjalin hubungan baik dengan media, dan membuat konten kreatif.

Di samping itu, terdapat service level agreement (SLA) penyebarluasan informasi. Informasi tentang kegiatan maksimal sudah tayang di Instagram Story satu jam setelah kegiatan. Sedangkan untuk berita, maksimal tiga jam setelah kegiatan dan untuk video, maksimal satu hari setelah kegiatan. Selanjutnya, membangun sinergi bersama kementerian, lembaga, komunitas, badan usaha, akademisi, aparat penegak hukum, dan pemerintah daerah.

Ketika sesi tanya jawab, peserta dari AMIKOM Yogyakarta bertanya tentang cara pemimpin mengukur keberhasilan komunikasi. Thoriq menjawab bahwa hal pertama harus dilakukan adalah pemetaan publik. Yakni, memetakan publik yang mendukung maupun yang resisten terhadap organisasi ini,” katanya.

Tim komunikasi kemudian memberikan laporan tersebut kepada pemimpin, beserta isu teratas yang beredar di media sosial maupun media massa. Misalnya, isu subsidi BBM, subsidi listrik, dan kebencanaan. Dalam laporan itu, tim komunikasi juga melampirkan tautan-tautan berita yang bisa diakses pimpinan. Kemudian tim komunikasi menyiapkan informasi sebelum pimpinan diwawancarai media.

Thoriq melanjutkan, focus group discussion dengan pakar juga sangat diperlukan untuk mengetahui posisi organisasi di mata masyarakat. “Pakar dan konsultan berperan sebagai pihak ketiga yang objektif dalam menilai persepsi masyarakat tentang instansi kami. Sehingga proses evaluasi menjadi lebih mudah,” pungkasnya. (rvh)