Perubahan Iklim dan Dampaknya

PRINDONESIA.CO | Rabu, 07/02/2024 | 2.498
Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dan swasta untuk menerapkan environmental, social, governance (ESG).
Pexels

Pemerintah dan swasta kini berlomba-lomba untuk menerapkan konsep environmental, social, governance (ESG).

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Isu perubahan iklim sebenarnya telah lama menjadi perbincangan. Tahun 1986, misalnya, Svante Arrhenius, ilmuwan asal Swedia, mempublikasikan makalah yang menunjukkan bahwa karbon dioksida di atmosfer dapat menyebabkan pemanasan global. Kemudian pada 1992, menjadi awal titik balik perhatian dunia terhadap perubahan iklim. Ketika itu berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam konferensi tersebut, 154 negara menandatangani perjanjian internasional pertama yang membahas perubahan iklim, Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).

Namun, laju perubahan iklim makin hari kian cepat. Di satu sisi, isu dan dampak perubahan iklim tampak hanya dipahami oleh kaum intelek dan kalangan atas. Masyarakat umum menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Sama halnya dengan masyarakat Indonesia. Celotehan tentang, “Sekarang, musim sudah tidak menentu. Dulu, setiap bulan yang berakhiran ‘ber’ pasti musim hujan, sebaliknya kemarau”, sudah dianggap biasa.

Hingga akhirnya mereka menyadari dunia semakin tidak baik-baik saja. Siapa yang mengira ternyata polusi udara menjadi salah satu pendorong utama perubahan iklim? Di Indonesia, berita soal tingginya tingkat polusi udara sempat ramai diperbincangkan selama periode Juni – September 2023. Siapa pula yang menduga jika kita dan keluarga tercinta mulai merasakan dampak perubahan iklim, salah satunya polusi udara yang memengaruhi kesehatan. Perubahan iklim juga menimbulkan penyakit-penyakit yang dulu jarang atau belum pernah ditemukan.