Cara Komunitas FeminisThemis Mendorong Keadilan Sosial bagi Perempuan Tuli

PRINDONESIA.CO | Jumat, 31/05/2024
Para pembicara dalam diskusi “Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli, Rabu (29/5/2024).
Dok. Unilever

Komunitas FeminisThemis akan melangsungkan program FeminisThesis Academy 2024 untuk mendorong kolaborasi dalam meningkatkan kesadaran publik, dan mendukung pemenuhan hak perempuan Tuli. Seperti apa?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menyambut Hari Lahir Pancasila, komunitas FeminisThemis meluncurkan program edukasi “FeminisThemis Academy 2024” mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender, khususnya pada dunia Tuli. Program yang mendapat dukungan penuh Komisi Nasional Disabilitas RI dan Unilever Indonesia itu diluncurkan di Jakarta, Rabu (29/5/2024), ditandai dengan diskusi bertajuk “Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli”.

Unilever Indonesia melalui Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (EDI) Board Unilever Indonesia Kristy Nelwan mengatakan, program yang dihadirkan guna mendorong kolaborasi sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu keadilan sosial bagi perempuan Tuli, berikut hak mereka dalam akses kesehatan seksual maupun reproduksi, sejalan dengan fokus perusahaan.

Ia menerangkan, Unilever Indonesia memiliki tiga fokus pada aspek equity, diversity dan inclusion, meliputi keadilan gender, keadilan untuk penyandang disabilitas, dan penghapusan diskriminasi maupun stigma. “Kolaborasi Unilever Indonesia dengan FeminisThemis berlandaskan pada misi bersama untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif,” kata Kristy seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (29/5/2024).

Sementara itu, Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI Dante Rigmalia menilai, melalui program ini lembaga nonstruktural dapat berperan dalam pemantauan, evaluasi, hingga advokasi atas upaya penghormatan dan perlindungan hak bagi penyandang disabilitas. “Termasuk pihak swasta seperti Unilever Indonesia yang mendukung FeminisThemis,” ujarnya.

Dalam diskusi yang bergulir, Direktur Eksekutif SETARA Institute Halili Hasan menyampaikan, berdasarkan laporan Indeks Hak Asasi Manusia 2023, sejumlah variabel hak, seperti hak sipil dan sosial masyarakat, mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sehingga membuat penyandang disabilitas kerap terabaikan. “Mereka kerap mengalami diskriminasi, ketidakadilan, hingga keterbatasan dalam berekspresi, mendapatkan akses informasi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya,” ujar Halili.

Melawan Ketidakadilan

Urgensi program FeminisThemis Academy 2024 menguat jika melihat data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap (Komnas) Perempuan, yang mencatat terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas pada 2023. Tercatat 33 di antaranya dialami penyandang disabilitas sensorik termasuk perempuan Tuli.

Di lain catatan, Yayasan SAPDA melalui CATAHU Kekerasan Berbasis Gender dan Disabilitas (KBGD) 2022, melaporkan adanya 81 KBGD sepanjang tahun dengan perempuan Tuli sebagai penyintas dalam 31 kasus, disusul penyandang disabilitas mental pada 22 kasus. “Masih banyak tantangan yang dihadapi oleh perempuan Tuli hingga saat ini,” ujar co-founder dan Direktur Eksekutif FeminisThemis Nissi Taruli Felicia merujuk alasan utama didirikannya komunitas FeminisThemis sejak 2021.

Program FeminisThemis Academy 2024 akan bergulir selama bulan Juni – September secara hybrid, dan akan ditutup pada Hari Bahasa Isyarat Internasional pada 23 September. Program ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yakni Training of Trainers untuk fasilitator Tuli, workshop offline di tiga kota (Bandung, Malang, dan Yogyakarta), serta rangkaian webinar.

Program tersebut diharapkan mampu melahirkan lebih banyak fasilitator Tuli, memberi manfaat pada setidaknya 300 teman Tuli, dan menjangkau 10.000 orang di media sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang isu kekerasan, maupun edukasi kesehatan seksual dan reproduksi di komunitas Tuli. (dlw)