Membangun Reputasi Perguruan Tinggi Lewat Peningkatan Kualitas

PRINDONESIA.CO | Senin, 01/07/2024
Dirjen Dikti Risbangtek Abdul Haris dalam acara 2nd Leadership Talks: Diskusi Kepemimpinan Perguruan Tinggi 2024 yang digelar di Universitas Tarumanegara Jakarta (26/6/2024).
Tangkapan layar YouTube Untar

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Dikti Risbangtek) Abdul Haris mengingatkan pentingnya perguruan tinggi membangun reputasi. Bagaimana caranya?

JAKARTA, PRINDONESIA - Reputasi bagaikan gelas. Jika jatuh hingga pecah berkeping-keping, maka akan sulit diperbaiki. Pernyataan tersebut ditegaskan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Dikti Risbangtek) Abdul Haris, ketika membahas soal reputasi sebagai kunci utama keberhasilan perguruan tinggi, dalam acara 2nd Leadership Talks: Diskusi Kepemimpinan Perguruan Tinggi 2024 di Jakarta, Rabu (26/6/2024).

Menurut Haris, reputasi sebagai indikator penting bagi stakeholder untuk menilai kapabilitas suatu institusi, dalam konteks perguruan tinggi, tidak lagi hanya dilihat dari peringkat. Sebab, reputasi perguruan tinggi kini juga ditakar dari besarnya dampak sosial yang dapat diberikan kepada masyarakat global. “Oleh karena itu penting bagi perguruan tinggi untuk terus meningkatkan kualitasnya,” ujarnya.

Menyambung Haris, Rektor Universitas Tarumanagara (Untar) Agustinus Purna Irawan selaku tuan rumah kegiatan pada Rabu itu mengatakan, pihaknya sejauh ini sudah berbagi praktik dalam upaya membangun reputasi lewat peningkatan kualitas. Ia berharap perguruan tinggi swasta (PTS) lainnya juga dapat mengupayakan hal serupa, agar bisa menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. “Mengingat ada lima juta mahasiswa PTS, bagaimana nanti kualitasnya,” ujarnya retoris seperti dikutip dari akun YouTube Untar.

Pendanaan Menjadi Tantangan

Berkaca pada praktik membangun reputasi yang telah upayakan, Agustinus mengakui, pendanaan kerap menjadi salah satu tantangan PTS. Dalam hal ini, ia menilai, manajemen yang terintegrasi untuk menggabungkan reputasi dan pendanaan diperlukan, agar keduanya dapat dicapai secara bersamaan. “Tentunya taktik mengelola perguruan tinggi berbeda-beda berdasarkan nilai yang dianut masing-masing perguruan tinggi,” imbuhnya

Solusi semacam itu, pungkas Agustinus, yang diharapkan dapat lahir dari diskusi kepemimpinan perguruan tinggi, di samping tentunya rekomendasi terkait akreditasi, penjaminan mutu, dan pengelolaan perguruan tinggi secara efektif. (jar)