Kepiawaiannya dalam menyampaikan informasi bencana membuatnya banyak mendapat penghargaan baik nasional maupun internasional. Hal ini karena sikapnya yang responsif, lugas, detail, dan menenangkan masyarakat.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Siang itu, Senin (22/4/2019) Kapusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menceritakan perjalanannya hingga menjadi PR kepada PR INDONESIA di kantornya. Sutopo tidak memiliki latar belakang komunikasi. Ia merupakan lulusan S3 Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB. Namun, jiwa penelitinyalah yang membawanya ke BNPB.
Diawali dari kariernya sebagai PNS di BPPT tahun 1995, Sutopo bergelut di bidang hujan buatan selama tujuh tahun. Selanjutnya, ia bekerja di bidang mitigasi bencana. Bermula dari kejadian jebolnya tanggul Situ Gintung, Tangerang Selatan, Sutopo telah lebih dulu memberikan gambaran sebelum dan sesudah kejadian. Hal inilah yang membuatnya dekat dengan wartawan.
“Saat itu saya dipanggil Kepala BNPB untuk presentasi. Kemudian ketika banjir besar di Bengawan Solo, saya dipanggil lagi. Kemudian awal 2010, saya diminta BNPB untuk pindah menjabat sebagai Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB,” kenangnya. Tawaran tersebut ia terima. Dalam perjalanan dinas ke Korea, Kepala BNPB menawarinya untuk menjabat Kapusdatin dan Humas BNPB. Awalnya, ia enggan menerima tawaran itu karena mengira humas tidak penting, hanya melayani seremonial.
Sampai akhirnya ketika bencana tsunami di Mentawai Sumatera Barat, Sutopo melakukan rapid assessment yang hasilnya ia tunjukkan kepada wartawan. Saat itu, ia mengaku wartawan senang bisa mendapatkan akses informasi dengan mudah. Karena kedekatannya dengan media, Kepala BNPB kembali menawarinya menjadi Kapusdatin dan Humas. Sutopo pun menerima dengan kesepakatan ia juga masih menjabat Direktur Pengurangan Risiko Bencana.
Ia menyadari bahwa pusat data dan informasi seharusnya tidak dipisahkan dengan humas. Terkadang pekerjaan rutin memang membuat kinerja humas menjadi monoton. Menurutnya, harus ada inovasi dalam menyampaikan informasi. “Kebencanaan itu sifatnya fenomena alam. Nah, pekerjaannya adalah menyampaikan informasi fenomena alam yang berupa data, namun dapat diterima media dan masyarakat,” katanya. Lainnya yang tak kalah penting, informasi harus menenangkan masyarakat.
Dalam perjalanan kariernya, Sutopo menjadi referensi beberapa kementerian dan lembaga ketika terjadi bencana. “Saya memiliki akun media sosial dan grup wartawan agar dapat selalu menyampaikan informasi terkini kepada mereka,” ujarnya. Saat krisis terjadi, ia selalu siaga dengan presentasi dan pemaparannya. Kinerjanya pun sempat menuai pujian dari Presiden RI.
Maknai Hidup
Semangat Sutopo seolah memadamkan rasa sakit yang dia derita. Ya, Sutopo adalah pasien kanker paru-paru stadium IV. “Hidup itu bukan ditentukan dari panjang atau pendeknya usia, tapi seberapa besar kita memberikan manfaat bagi sesama,” ujar peraih Tokoh Berpengaruh Asia 2018 dari Strait Times itu. Hal ini tak lantas membuatnya berpuas diri, justru menjadi pemicu untuk terus memberikan informasi kepada masyarakat. Menurutnya, tiada guna ia berdiam diri menahan sakit sementara media dan masyarakat masih membutuhkannya.
Kepada praktisi humas, ia berpesan untuk mencintai pekerjaan. “Jangan besar karena jabatan, namun besarkanlah jabatan itu,” saran Sutopo. Ia juga senantiasa mendorong timnya untuk mendapatkan beasiswa dan pelatihan demi kaderisasi agar dapat menggantikan posisinya kelak. (rvh)
Selengkapnya baca PR INDONESIA versi cetak dan SCOOP edisi 50/Mei 2019. Hubungi Sekhudin: 0811-939-027, [email protected]
- BERITA TERKAIT
- Anita Lestari, Pemenang KaHI 2024: Menyatu dengan PR
- Amalia Meutia, Pemenang KaHI 2024: Mengubah Ketidaktahuan menjadi Pengetahuan
- Agdya P.P. Yogandari, Pemenang KaHI 2024: Tidak Sekadar Kerja
- Asri Fitri Louisiana, Pemenang KaHI 2024: Menjalin Relasi, Merawat Bumi
- Dony Indrawan, Best Presenter PRIA 2024: Berani Tampil