Popularitas aplikasi telekonferensi video Zoom mendadak meroket ketika hampir seluruh umat manusia di seluruh dunia diharuskan bekerja dari rumah akibat pandemi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Potret itu juga tampak dari hasil survei PR INDONESIA, akhir April 2020, terhadap 103 praktisi PR di seluruh Indonesia. Sebanyak 53,5 persen responden kementerian memilih menggunakan aplikasi besutan Eric Yuan ini, diikuti anak usaha BUMN (42,8%), agensi PR (41,7%), BUMN (41%), BUMD (40%), pemda dan lembaga (37,5%), perusahaan swasta (33,4%), dan perguruan tinggi (30,4%). Alasan mereka umumnya sama: mudah dan paling banyak digunakan.
“Zoom menjadi aplikasi paling mainstream yang digunakan selama pandemi. Terutama bagi mereka yang bekerja dari rumah,” kata Kabiro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Agustini Rahayu. Ia juga menggunakan aplikasi itu untuk melakukan rapat mingguan baik bersama keseluruhan tim maupun tim khusus kehumasan.
Sementara responden agensi PR, umumnya menggunakan Zoom untuk berkoordinasi dengan klien dan mengadakan konferensi/diskusi virtual dengan melibatkan audiens berskala besar. Sementara untuk berkoordinasi dengan internal umumnya mereka lebih banyak menggunakan Google Meet (23,6%) dan Google Hangouts (12,6%). “Selain sudah banyak yang familiar, Zoom juga lebih user friendly,” kata Ketua Umum APPRI Jojo S. Nugroho.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi