Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meyakini untuk mengomunikasikan Adaptasi Kebiasaan Baru harus didukung oleh semangat optimisme.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menurut Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Evi Mulyani, ada tiga hal yang harus disiapkan untuk meningkatkan pemahaman publik di masa transisi perilaku sebelum pandemi dan selama pandemi ini. Pertama, pemahaman terkait pandemi. Selama periode ini, mereka gencar membangun dan memberikan pemahaman terkait kondisi global dan ketidakpastian yang akan terjadi kepada stakeholders.
Kedua, pemahaman kebijakan. Bahwa ada kebijakan yang harus disesuaikan selama pandemi ini. Evi yang dihubungi PR INDONESIA, Kamis (9/7/2020), memberi contoh, selama pandemi alokasi sumber daya yang difokuskan untuk kesehatan dan keselamatan. Lainnya, berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam menentukan zona hijau atau zona yang aman untuk kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
Ketiga, pemahaman protokol kesehatan. Kemendikud memberikan panduan pembelajaran lengkap untuk tahun ajaran baru dan tahun akademik baru. Langkah itu sebagai bagian dari komitmen mengutamakan kesehatan siswa, guru, tenaga pendidikan, dan orang tua. “Ketiga pemahaman ini kami balut dengan semangat optimisme,” katanya.
Selain komunikasi publik, Evi juga menekankan pentingnya strategi komunikasi internal di lingkungan Kemendikbud. Salah satunya, strategi komunikasi harus disertai pedoman yang jelas.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi