Tips Membuat Proposal PR

PRINDONESIA.CO | Selasa, 27/10/2020 | 6.509
Ada empat langkah untuk mencari permasalahan di dalam PR, yakni RACE yang merupakan akronim dari riset (research), aksi (action), komunikasi (communications) dan evaluasi (evaluation).
Dok.Istimewa

Meski menyusun proposal kampanye sudah merupakan pekerjaan sehari-hari praktisi public relations (PR), pada praktiknya mereka kerap menemukan kendala. Jojo S Nugroho, Managing Director IMOGEN PR mengurai tipsnya.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut Jojo, kuncinya adalah PR harus mengawalinya dengan membaca brief secara lengkap dan jelas yang melingkupi 5W+1H. Langkah selanjutnya, ibarat dokter yang bertugas mencari gejala penyakit, PR harus menemukan permasalahan serta tantangan. “Sehingga, terbentuk insight,” kata pria yang juga merupakan Principal Imogen Communication Institute (ICI) saat mengisi pelatihan virtual ICI bertajuk “PR Hacks: Membuat Proposal PR yang Jitu”, Rabu (16/9/2020).

Mengutip dari teori John Marston, ada empat langkah untuk mencari permasalahan di dalam PR. Ia merangkumnya dengan sebutan RACE yang merupakan akronim dari riset (research), aksi (action), komunikasi (communications) dan evaluasi (evaluation).

 

Empat Fase

Seiring berjalannya waktu, muncul teori-teori baru. Salah satunya, dari Smith RD. Di dalam bukunya berjudul Strategic Planning for Public Relations, Smith membagi proses perencanaan strategis PR ke dalam empat fase dan sembilan langkah. Antara lain, fase riset formatif, strategi, taktik, dan evaluasi.

Fase pertama, riset formatif. Terdiri dari analisis situasi, organisasi dan publik. Analisis situasi, yakni PR menganalisis situasi yang tengah dihadapi oleh organisasi, latar belakang situasi, serta makna dan pentingnya situasi. Sementara saat melakukan analisis organisasi, PR harus melihat dari banyak sisi baik internal, eksternal, maupun persepsi publik terhadap perusahaan.

Sementara itu, analisis publik dilakukan dengan cara mengidentifikasi stakeholders utama organisasi atau kampanye yang akan dijalankan. Mulai dari key opinion leader (KOL), keinginan, ketertarikan, kebutuhan, ekspektasi publik, serta keuntungan yang bisa perusahaan tawarkan kepada publik. “PR harus memberikan waktu lebih banyak di riset. Riset yang tepat akan menentukan strategi dan taktik yang lebih tajam,” ujar Ketua Umum APPRI itu.

Fase kedua, strategi. Pada fase ini, PR sudah harus menetapkan tujuan dan sasaran secara jelas, spesifik dan terukur. Mengetahui tujuan, posisi, serta objektif yang ingin dicapai (awareness, penerimaan/acceptances, atau aksi). Langkah selanjutnya, merumuskan strategi aksi dan respon. Terakhir, merancang komunikasi yang efektif. Mulai dari sumber pesan, pesan kunci baik dalam bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal.

Fase ketiga, taktik. Taktik komunikasi bisa berupa komunikasi interpersonal dan keterlibatan, taktik perusahaan media, media pemberitaan, atau media iklan dan promosi. Selanjutnya, mengimplementasikan rencana strategis, melalukan Inisiatif spesifik, bagian atau pengelompokan taktik mana yang sekiranya membuat rencana ini berhasil.

Kemudian, menganalisis publik, tujuan dan sasaran mana yang mampu dijangkau dengan taktik tersebut. Serta, menetapkan anggaran dan jadwal yang harus dikeluarkan untuk setiap taktik. “Fase ini untuk menjaga dan memperkuat apa yang sudah kita perbuat agar pemberitaan serta awareness tetap terjaga,” ujarnya.

Fase keempat, evaluasi. Fase ini tidak terlepas dari media monitoring. “Tujuannya, untuk melihat pencapaian yang sudah kita dapatkan dari keseluruhan strategi dan taktik yang telah dilakukan,” tutupnya. (ais)