Round Up: Mengukur Efektivitas Kampanye 3M

PRINDONESIA.CO | Rabu, 28/10/2020 | 3.046
Tak mudah menerapkan kampanye 3M dan tidak bisa bergerak sendiri.
Dok. Istimewa

Tidak ada jangka waktu tertentu yang mampu menjamin kesuksesan kampanye perubahan perilaku. Bahkan, kampanye selama satu tahun pun belum tentu berhasil apabila tidak didukung aksi nyata berupa implementasi, konsekuensi, dan konsistensi.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Maka, merupakan langkah berani yang dilakukan pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 ketika memutuskan untuk melakukan kampanye 3M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak) dalam kurun waktu singkat—tiga bulan hingga Desember 2020. Tujuannya? Mendorong perubahan perilaku hingga ke akar rumput. 

Tentulah keputusan ini sudah melalui banyak pertimbangan. Apalagi situasi yang sedang dihadapi tidak biasa dan menuntut perubahan perilaku yang tidak bisa menunggu kata nanti. Keputusan ini juga sejalan dengan evaluasi selama lima bulan terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa pada dasarnya sebagian besar masyarakat sudah memahami tentang protokol kesehatan atau 3M. Namun, hanya ada kurang dari 60 persen yang mau menjalankan.

Faktor inilah yang menyebabkan angka kasus positif Covid-19 terus mengalami peningkatan. “Bahkan, 30 persen masyarakat di Jakarta terlalu percaya diri seakan-akan mereka tidak mungkin tertular,” kata Suryopratomo ketika diwawancara PR INDONESIA melalui sambungan telepon, Senin (7/9/2020), masih tergabung dalam anggota Tim Komunikasi Publik Satgas Percepatan Penanganan Covid-19, prihatin.