Pilih Mana, Agensi PR atau Agensi Digital?

PRINDONESIA.CO | Rabu, 24/02/2021
Agensi PR atau agensi digital
Dok. Istimewa

Tahun 2021 akan menjadi titik balik bagi industri agensi public relations (PR) untuk memberikan layanan baru sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan klien. 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pergeseran layanan ini sudah mewarnai industri agensi PR sejak awal pandemi 2020. Di mulai sejak adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengatur mobilitas masyarakat agar lebih banyak beraktivitas di rumah untuk menekan kasus penularan COVID-19. Dampak dari aturan ini adalah mengubah semua lini kehidupan bekerja. Termasuk cara agensi PR dalam memberikan jasa PR.

Inilah yang menjadi perhatian co-founder PUBLICIO PR Aurellio Kaunang saat mengisi web seminar APPRI Communication Outlook 2021, Jumat (29/1/2021). Konferensi media yang biasanya diselengggarakan secara off-line, misalnya, harus berlangsung secara virtual. Setelah hampir setahun berdampingan dengan pandemi, berbagai pertimbangan dan ide bermunculan. Salah satunya, mewujudkan kegiatan hybrid (berlangsung secara off-line dan on-line).

Perbedaan lain yang menonjol di tahun 2020 adalah semakin terasa pentingnya keberadaan digital PR. Hal ini dikarenakan hampir semua aktivitas selama pandemi berlangsung secara digital. Kondisi tersebut mendorong lahirnya tuntutan atau kebutuhan baru dari para klien kepada agensi PR. Yakni, kemampuan untuk memberikan layanan strategi komunikasi ke arah digital.

Kolaborasi

Tentu, kebutuhan baru ini menjadi tantangan tersendiri bagi agensi PR yang sebelumnya hanya memiliki keahlian mengelola dan membangun hubungan dengan media. Di sinilah pentingnya kolaborasi. Khususnya, kolaborasi antara agensi PR dengan agensi digital.

Menurutnya, ada kompetensi yang dimiliki agensi PR, tetapi tidak dimiliki agensi digital, dan sebaliknya. Ia memberi contoh, agensi PR memiliki keahlian mengatur strategi berkomunikasi sesuai audiens yang disasar, mampu membuat konten, menulis, hingga membaca insight atau wawasan tentang perilaku konsumen yang disasar.  Sementara agensi digital memiliki kompetensi dari segi teknologinya. Mulai dari memahami bagaimana bekerja di belakang teknologi hingga apa yang muncul di permukaan. 

Dengan berkolaborasi, baik agensi PR maupun digital dapat memberikan layanan/jasa komunikasi secara menyeluruh. “Bukan hanya setengah tahu, tapi tahu semua dari teknologi, inovasi baru, membaca data, sampai membuat strategi komunikasi, dan bagaimana cara mengimplementasikannya,” tutupnya. (rha)