
Di saat seluruh dunia memandang pandemi COVID-19 sebagai ancaman, tidak halnya dengan William P. Sabandar. Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) ini justru menganggapnya sebagai peluang. Ia meyakini setiap organisasi memiliki caranya sendiri untuk beradaptasi dan berinovasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Meski, William mengakui, pandemi sangat berdampak bagi operasional bisnis MRT. Apalagi ketika itu, MRT baru beroperasi dan sedang membangun branding dan reputasi. Ketika pandemi, kata pria yang ditemui PR INDONESIA secara virtual, Kamis (4/2/2021) tersebut, jumlah penumpang MRT memang mengalami kontraksi hingga 73 persen. Dari yang awalnya mencapai 100 ribu penumpang, kini hanya mencapai 27 ribu penumpang per hari.
Kondisi ini jelas mengganggu. Namun, ia meyakini setiap organisasi memiliki caranya sendiri untuk beradaptasi dan mampu bertahan di tengah krisis seperti pandemi. Pun dengan MRT Jakarta. Kuncinya, kata William, berinovasi dan bertransformasi. Insinyur yang dikenal ahli di bidang transportasi dan rekonstruksi pascabencana ini menyebutnya dengan istilah transforming business beyond normal.
Konsep besar transformasi bisnis MRT Jakarta ini terdiri atas tiga komponen. Pertama, beyond ridership. Yakni, tidak sekadar mengandalkan pendapatan bisnisnya dari hasil penjualan tiket. Melainkan dengan memanfaatkan komponen-komponen lain, seperti pendapatan dari iklan, ritel, telekomunikasi, naming rights (hak penamaan), hingga digital ticketing.
- BERITA TERKAIT
- David Chrisnanto, founder & CEO Argo Asia Network: Keanekaragaman Layanan, Kunci Terus Bertumbuh
- Surti Sunanto, Co-founder & Business Director Fabulo PR: Pendekatan Berbasis “Human Centric”
- Aqsath Rasyid Naradhipa, Co-founder & CEO NoLimit Indonesia: Inklusi Teknologi Informasi
- Muhamad Kamaluddin, Dirut Jaklingko: Wajah Transportasi Publik Makin Keren
- Arif Satria, Rektor IPB University: Integritas, Inovasi, dan Inspirasi