Kiat Membangun Komunikasi di Industri Olahraga

PRINDONESIA.CO | Rabu, 17/11/2021 | 2.482
Sejatinya PR itu memiliki fungsi yang unik. Meski atlet yang menjadi klien kalah dalam pertandingan, namun PR dituntut mampu mengawalnya dengan elegan, sportif, dan reputasi atlet tetap terjaga dengan baik.
Dok.Istimewa

Kesuksesan penyelenggaraan event Asian Games 2018 mampu mengantarkan nama Indonesia dinilai layak dan patut diperhitungkan sebagai tuan rumah event olahraga internasional. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari peran public relations (PR).

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Namun, sering kali euforia itu berhenti hanya sampai penyelenggaraan event olahraga selesai. Selebihnya, tidak banyak dukungan dari sisi PR terhadap perkembangan olahraga dalam negeri.

Padahal, dunia olahraga membutuhkan dukungan PR dalam banyak hal. Mulai dari membangun reputasi cabang olahraga, mempromosikan dan membangun kapasitas atlet, menggarap produk dan brand sponsor terkait, menguatkan hubungan lembaga atau organisasi olahraga, hingga mengawal sektor jasa di bidang olahraga. Peran PR juga terasa makin krusial seiring berkembangnya olahraga digital atau e-sport yang dipercaya sebagai transformasi bidang ini di masa depan.

Menurut Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Raden Isnanta, dibutuhkan peran PR untuk membangun profil para atlet, serta mengasah keterampilan mereka dalam memasarkan diri. Dari menyiapkan dan membentuk pribadi atlet yang matang, sadar akan pentingnya reputasi dan potensi pemasaran dirinya, hingga piawai berbicara di hadapan publik dan paham cara berhubungan dengan pers, serta dengan mitra-mitra kerja lainnya. “Ini akan sangat bermanfaat bagi mereka hingga jangka panjang. Bukan sebatas atlet, tapi juga wasit, dan pelaku-pelaku olahraga lainnya,” urainya saat mengisi sesi diskusi daring APPRI Connect bertajuk “Sports PR, Keringetan tapi Menawan”, Selasa (16/11/2021).

Senada dengan yang disampaikan Feldani Effendy, Founder & CEO Denis Comm. Menurutnya, selain dari segi prestasi para atlet, penting bagi praktisi PR untuk dapat memanfaatkan momentum. “Kita harus dapat mengambil momen yang tepat dan bekerja dengan cepat. Begitulah cara PR bekerja. Bagaimana kita mengambil suatu kesempatan untuk diangkat dan menarik perhatian banyak orang,” ujarnya.

Di sisi lain, praktisi PR juga dituntut memahami seluk-beluk bidang olahraga yang ditanganinya. Tak berhenti sampai cara bermain atau perjalanan prestasinya saja, tapi juga harus tahu isu atau perkembangan terkini mengenai industri olahraga tersebut. “Singkatnya, konsultan PR di bidang ini harus betul-betul mencintai olahraga,” jelasnya.

Karena, sejatinya PR memiliki fungsi yang unik. Meski atlet yang menjadi klien kalah dalam pertandingan, namun PR dituntut mampu mengawalnya dengan elegan, sportif. Sehingga, reputasi atlet tetap terjaga dengan baik. (ais)