Komunikasi Butuh Konteks

PRINDONESIA.CO | Rabu, 16/03/2022 | 1.420
Kompetensi harus disertifikasi. Sertifikasi adalah validasi bahwa seseorang telah dinyatakan ahli. Semakin banyak assessment, maka semakin kompeten orang tersebut dalam membantu pihak lain.
Dok.Istimewa

Kompetensi di bidang komunikasi tak hanya sekadar kemampuan dalam menyajikan pesan. Namun, dibutuhkan pemahaman mengenai konteks agar komunikasi dapat berjalan tepat dan efektif.

 

BALI, PRINDONESIA.CO - Hal ini disampaikan oleh praktisi komunikasi Febrina Siahaan dalam wawancaranya bersama PR INDONESIA di Bali, Kamis (9/12/2021). Perempuan yang pernah berkarier sebagai jurnalis Tempo ini berkisah awal mula terjun dan mendalami dunia komunikasi. “Saat melakukan wawancara, saya selalu berpikir mengapa kebijakan yang baik tidak bisa berjalan?” ujar lulusan Teknik Sipil Universitas Katolik Bandung ini seraya bertanya.

Pada tahun 2004, perempuan yang karib disapa Feby tersebut melanjutkan pendidikan S2 di bidang keuangan dan akuntansi di Rotterdam Business School. Dari sanalah ia menyadari tentang pentingnya komunikasi di semua lini. Feby pun menemukan jawaban atas pertanyaannya selama ini. Ternyata kebijakan tidak bisa berjalan karena publik tidak tahu atau publik tidak mau tahu. “Kedua hal inilah yang harus diselesaikan,” ujarnya.

Untuk mendalami ilmu di bidang komunikasi, Feby kembali mengambil pendidikan S2. Kali ini di bidang komunikasi dengan konsentrasi Media Studies di Universitas Pelita Harapan. Bagi Feby, kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk membuat strategi komunikasi yang tepat dan efektif sesuai konteks. “Jadi, kompetensi itu merupakan gabungan dari ilmu dan pengalaman seseorang dalam melihat konteks,” kata penulis buku I CAN SMELL YOUR BLOOD: 42 Kesalahan Fatal Top Management, Pejabat dan Juru Bicara Ketika Menghadapi Wartawan ini.