Setiap perusahaan, pasti menginginkan brand-nya menjadi yang paling menonjol di antara kompetitor. Berbagai cara pun dilakukan agar produk maupun jasanya lebih dikenal oleh khalayak. Salah satunya dengan membuat konten kreatif yang dapat mencuri perhatian target audiens mereka.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pesatnya perkembangan internet membuat brand/organisasi kini mampu memosisikan dirinya sejajar dengan para penerbit (publisher) seperti media massa, pemengaruh/influencer, maupun key opinion leader (KOL). Namun, bukan perkara mudah dalam menghasilkan konten yang mampu menyita perhatian audiens. Mengingat, rentang perhatian (attention span) warganet yang semakin pendek yakni, hanya delapan detik. Terlebih di saat hampir semua orang berlomba-lomba dalam menciptakan konten.
Dilansir dari situs Everything PR, jika dahulu sebagian besar strategi konten fokus pada upaya memberikan nilai, menghibur, atau menginspirasi audiens di sejumlah platform yang berbeda. Maka, tren konten saat ini cenderung bergeser ke arah upaya perusahaan dalam membangun hubungan yang loyal dengan para pelanggannya.
Menariknya, saat ini sebuah konten baru dapat dikatakan berhasil apabila mampu mencuri perhatian audiens, membuatnya bertahan, hingga menghabiskan waktunya untuk menikmati konten tersebut sampai tuntas.
Unsur Komunikasi
Maka dari itu, yang penting untuk menjadi perhatian PR pada saat membuat konten, yakni fokus pada unsur komunikasi. Dengan kata lain, PR perlu menerapkan strategi komunikasi di dalam membuat konten. Di samping, mengetahui karakteristik dari masing-masing platform. Dengan demikian, brand kita menjadi lebih unggul dan memiliki pembeda di antara kompetitor.
Pada dasarnya, proses membuat konten itu sama halnya ketika perusahaan akan mengembangkan produk baru. Yakni, memerlukan perencanaan yang matang, memakan banyak waktu, serta mencoba berbagai cara agar produk baru tersebut sejalan dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai. Sehingga produk baru yang dihasilkan dapat mewakili brand serta mendukung misi perusahaan di mata pelanggan.
Namun, tak jarang kita temui konten-konten yang hanya mencakup topik di permukaan serta tidak terhubung satu sama lain secara naratif. Padahal, penting untuk menyusun rencana editorial konten, memperhatikan narasi secara keseluruhan, menyajikannya dalam format yang beragam di berbagai platform media. (nom)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab