Mempiarkan BUMN Hadir untuk Negeri: Inisiatif Bagus, namun Kurang Terarah

PRINDONESIA.CO | Senin, 18/09/2017 | 2.375
Perlu diketahui dengan jelas alasan kuat dibalik langkah insitusi mengubah
Freandy/PR INDONESIA

Meski dinilai kurang terarah, Elizabeth Goenawan Ananto, founder EGA briefings mengapresiasi inisiatif Kementerian BUMN dan perusahaan-perusahaan BUMN melahirkan slogan baru BUMN Hadir untuk Negeri.

 JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ada perbedaan mendasar antara sekadar mengubah logo dengan brand. Menurut Ega, begitu ia akrab disapa, brand berkaitan erat dengan janji dan ekspektasi publik. Maka, perlu diketahui dengan jelas alasan kuat dibalik langkah insitusi mengubah brand value, kenapa harus berubah, dan pastikan siapa target audiensnya. Sama seperti halnya maksud dibalik dicetuskannya BUMN Hadir untuk Negeri.  “Kita perlu riset,” katanya kepada PR INDONESIA di kampus MM Communication Universitas Trisakti di Jakarta, Rabu sore (9/8/2017). 

Adapun kelebihan ketika BUMN Hadir untuk Negeri dikomunikasikan secara serentak dan simultan oleh 118 BUMN adalah mudah terlihat besar. Namun, ia mengingatkan, jangan sampai terjebak dengan kelemahannya. Hal ini dikarenakan tiap sektor memiliki target audiens yang spesifik, permasalahannya pun berbeda-beda. Jika demikian, semangat mencuatkan BUMN Hadir untuk Negeri ini bisa jadi tidak fokus dan tidak terarah karena terlalu luas. “Akhirnya, terlalu banyak membuat event yang sudah pasti menyedot banyak tenaga, tapi target rebranding-nya hanya sedikit tercapai,” ujarnya. 

Untuk itu, lakukan strategi untuk menyinergikan kesamaan cara berpikir dan kesepakatan dimulai dari top management di 118 BUMN, ditindaklanjuti dengan perubahan internal di tubuh setiap BUMN yang ditularkan ke luar melalui kegiatan dan komunikasi publik. “Outline the needles, where to move dan how,” kata praktisi dan akademisi PR senior yang merupakan satu dari tujuh PR INDONESIA Gurus ini. 

Selanjutnya, susun target, buat pesan (brand messages) yang harus dikemas secara berkala untuk mencapai target yang sudah ditentukan dan pastikan pesannya tersampaikan ke seluruh Indonesia. Harapannya, pesan yang ingin disampaikan kepada publik terkomunikasikan mulai dari sektor yang paling rawan, bergaung ke provinsi hingga seluruh wilayah di tanah air bak orkestra. “Diatur timing-nya. Jangan dikeluarkan semua, tapi hilang sekian bulan ke depan,” katanya seraya mengimbau agar Kementerian BUMN membentuk tim khusus untuk “mengetuk pintu” tiap BUMN di daerah sehingga dapat ikut bersuara.

 

Petakan Masalah

Sebelum melangkah terlalu jauh, kepada Kementerian BUMN sebagai konduktor, Ega berpesan agar segera melakukan riset. “Lakukan comunication audit. Riset, fact finding untuk mengetahui masalah di tiap sektor,” katanya. Lanjutkan dengan melakukan pemetaan di tiap sektor BUMN. “Susun pertanyaan untuk mengetahui values dan komitmen yang ingin dicapai,” imbuhnya. Setelah itu, samakan resonansi dengan para CEO, tularkan komitmen dan semangat perubahan yang telah disepakati kepada seluruh karyawan BUMN.   

Sejalan dengan itu, buat setting guidelines. Tentukan ke mana arah yang mau dituju, target yang mau dicapai, nilai-nilai kehidupan yang perlu diubah, baru kemudian buat program. “Buat blue print (rencana besar) berdasarkan pemetaan permasalahan, bagi per sektor, tentukan sektor yang harus diprioritaskan, ” ujarnya.

Kemudian, sampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang mengedepankan collaborative leadership—satu kata, satu irama, pesannya sama, namun dengan bahasa yang berbeda-beda sesuai target audiens. Optimalkan keberadaan internal media dan media sosial. Buat kampanye melalui kegiatan sinergi yang mendukung ke arah rebranding dan fokus kepada nilai BUMN Hadir untuk Negeri.

Dalam mengomunikasikan kepada publik, pastikan ada news value, keunikan dan pengembangan pesan yang disampaikan secara berkelanjutan. “Pastikan media tertarik untuk mengangkat perubahan itu karena mereka menangkap ada news value di sana,” katanya. Menurut Ega, misi ini baru bisa dikatakan tercapai apabila nilai dari BUMN Hadir untuk Negeri sudah bisa dirasakan, mengubah sikap, perspektif, dan kepercayaan publik terhadap BUMN. “O, BUMN sekarang benar-benar berubah, lho, bukan logonya saja,” kata Ega menirukan. rtn