Insan PR INDONESIA 2017: Terus Belajar dan Berdaptasi

PRINDONESIA.CO | Jumat, 20/10/2017 | 1.781
Apresiasi yang diterima ini harus bisa dipertanggungjawabkan.
Freandy/PR INDONESIA

Pelaku public relations (PR) perlu membangun trust agar profesinya menjadi bagian strategis dari pembangunan sebuah organisasi atau korporasi. Jalan keluarnya tak lain berlomba-lomba melahirkan karya.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Langkah dan upaya itu sedikitnya tergambar dari tujuh praktisi PR yang tahun ini dinobatkan sebagai Insan PR INDONESIA 2017. Ditemui PR INDONESIA usai menerima penghargaan, Eva Chairunisa, VP Corporate Communication PT Kereta Commuter Indonesia, mengapresiasi inisiatif PR INDONESIA. Menurut perempuan yang sebelumnya berprofesi sebagai jurnalis televisi itu, ajang seperti ini perlu diadakan untuk memotivasi para pelaku PR agar bekerja lebih kreatif.

“Apresiasi ini merupakan bentuk pengakuan publik atas upaya yang kami lakukan dalam memberikan informasi kepada masyarakat,” kata ibu dua anak itu. “Apresiasi ini juga menunjukkan kinerja kami sebagai PR berimbas positif terhadap perusahaan,” ujarnya bangga. 

Sementara Ani Natalia Pinem, Kasubdit Humas Direktorat Jenderal Pajak, mengaku apresiasi ini di luar dugaan. “Tidak menyangka karena selama ini ada pihak luar yang mengamati gerak-gerik kami, para praktisi humas. Termasuk humas di pemerintah,” ujarnya.

Baik Professional Manager Bidang PR Bank Sumut Erwinsyah maupun AVP Corcomm PT Jasa Marga (Persero) Tbk Dwimawan Heru Santoso pun berpendapat sama. “Suatu kehormatan bisa dipercaya sebagai Insan PR INDONESIA. Padahal yang saya lakukan, seperti juga teman-teman PR lainnya, hanya berupaya menjalankan tugas sebaik-baiknya,” ujar Heru, sapaan karib Dwimawan, merendah.

Menurut dia, pengakuan ini tidak semata-mata untuk pribadi, tapi merupakan kinerja tim PR Jasa Marga. “Sejak saya bergabung di corcomm Jasa Marga, yang coba saya tingkatkan adalah memutar produksi lebih cepat. Mulai dari produksi rilis, konten media sosial, dan lainnya menjadi lebih banyak,” kata Heru seraya menambahkan upaya itu mulai menuai hasil. Dari media monitoring tampak eksposur pemberitaan Jasa Marga meningkat dua kali lipat dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

Namun upaya ini belum cukup. Praktisi PR masih berjuang menjadikan PR sebagai strategic function of management. “Di lapangan, kita masih banyak menemukan PR hanya sebagai pemadam kebakaran. Padahal seharusnya mereka berperan mengembangkan, membuat strategi yang in-line dengan rencana strategis perusahaan,” ujarnya. 

 

Perkaya Ilmu

Sementara Febriati Nadira, Head of Corcomm PT Adaro Energy Tbk, memiliki cara sendiri untuk menempa dirinya menjadi PR profesional. Ia memilih keluar dari zona yang dirasa sudah memberikan kenyamanan dan mencari tantangan baru. Selama berkarier di dunia PR, ia tercatat sedikitnya telah berlabuh di tiga jenis industri seperti industri telco, capital market, hingga yang terakhir, pertambangan.

Langkah ini dilakukan karena Ira, begitu ia akrab disapa, meyakini PR profesional yang baik harus memahami berbagai macam industri. “Pindah ke tempat baru itu ada enggak enaknya juga. Banyak hal yang mesti kita persiapkan dan kejar,” katanya mengaku. Tapi, ia percaya dibalik jerih payah yang dilakukan pasti ada dampak positif yang akan didapat. “Nilai kita menjadi lebih baik karena kita memiliki banyak pengalaman,” imbuhnya.  Jadi, ia berkesimpulan, jangan takut menghadapi hal baru selama ada kesempatan, terus belajar, perluas jejaring, dan cepat beradaptasi dengan teknologi.

Lain halnya dengan Adita Irawati, VP Corcomm Telkomsel itu memaknai apresiasi ini sebagai tantangan baru. Menurut dia, ada konsekuensi dari apresiasi yang ia raih. “Kita harus meningkatkan kinerja dan melahirkan karya lebih baik. Tujuannya, untuk membuktikan bahwa apresiasi yang kita terima ini memang layak dan bisa dipertanggungjawabkan,” imbuhnya.  “Kita harus bisa menjual kepada management hingga top level bahwa PR is very strategic function. Oleh karenanya, PR perlu mendapat peran yang lebih besar di perusahaan,” ujarnya. rtn