Strategi Mengelola “Big Data”  

PRINDONESIA.CO | Selasa, 26/03/2019 | 29.957
“The mindset of IT is that we always buy, but if data, we all have data,” said Budi, Telkom.
Freandy/PR Indonesia

Era teknologi data ini tidak bisa lepas dari istilah big data. Apa urgensinya bagi public relations (PR)?

BALI, PRINDONESIA.CO - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau lebih dikenal dengan nama Telkom adalah perusahaan yang selama ini dikenal aktif memanfaatkan big data. Data inilah yang kemudian menjadi pertimbangan dalam menentukan suatu keputusan. Seperti yang disampaikan Head of Research & Big Data Telkom Komang Budi Aryasa di acara The 19th PR INDONESIA Workshop Series bertema “Kampanye PR yang Efektif Menggunakan Big Data” di Bali, Selasa (8/5/2018).

Di awal penyampaian materinya, Budi mengajak peserta workshop yang kesemuanya praktisi PR ini untuk menyamakan pola pikir bahwa data teknologi berbeda dengan teknologi informasi (TI). “Logikanya seperti ini. Kalau IT mindset-nya kita selalu membeli, tapi kalau data, kita semua memiliki data,” ujarnya tegas.

Yang juga harus dipahami ketika berkecimpung di era teknologi data seperti sekarang, yakni semakin banyak berbagi data, semakin terbuka pula privasi yang bersangkutan. “Sedemikian hebatnya aplikasi, sampai-sampai bisa merekam aktivitas dan keberadaan kita. Konsekuensinya, privasi kita semakin terbuka,” kata Budi.

Survei menunjukkan, pada tahun 2017, 81 persen teknologi Indonesia diwarnai advance analitic—era semua hal berkaitan dengan data. Hingga tahun 2022, Indonesia akan memasuki era bernama revolusi industri 4.0. “Di era ini semua akan diwarnai oleh hal-hal yang berbau automatisasi,” ujarnya. Sehingga, Budi melanjutkan, diperlukan PR yang memiliki kemampuan mengelola strategi yang kreatif untuk dapat memberdayakan era tersebut.  

Saat ini, generasi X yang sedang aktif melakoni bidang tersebut sedang mengalami tahap data explosion. Maksudnya, banyak data hasil prediksi yang ditemukan kemudian data besar disimpan, tapi mereka tidak tahu bagaimana mengolah data yang banyak itu. “Inilah yang menjadi tantangan big data,” kata Budi.

 

Menjawab Tantangan

Menurut Budi, ada tiga struktur data yang perlu dipahami dalam mengolah big data. Pertama,  structure data, yakni format data seperti biasa yang terdiri dari kolom baris dan biasanya disajikan dalam bentuk Excel. Kedua, semi structured data atau data yang bisa dibaca melalui mata (small data dan big data). Ketiga, unstructured data, artinya data yang tidak terstruktur yang hanya bisa dilihat melalui mesin. Secara singkat, Budi mengatakan, big data merupakan pertemuan dua data dengan volume besar yang memiliki struktur data semi-structured dan unstructured.

Tidak hanya sampai di situ, meski memiliki big data bukan semata-mata bisa digunakan dengan instan. Dalam pemaparannya, untuk dapat memanfaatkan big data dengan tepat diperlukan tahap Big Data Use Cases. “Semua hal menggunakan data untuk mengoperasikan sebuah alat, tapi tidak semua data bisa digunakan untuk mengoperasikannya,” ujarnya. Agar dapat menggunakan data itu dengan baik, diperlukan tahap penyaringan data yang sesuai kebutuhan. Hal itu pula yang diterapkan di perusahaannya. “Dari sekian banyak data, tidak semua kami simpan dan tidak semua digunakan,” imbuh Budi.

Selain itu, ada tiga karakter data di era saat ini yang perlu dipahami dalam mengolah big data. Antara lain, volume, variety dan velocity. Karakter tadi selanjutnya disesuaikan dengan empat indikator tambahan yang meliputi veracity, visualization, variability, dan value.

Dari banyak hal yang sudah disampaikan tadi, itulah mengapa semua pelaku bisnis, korporasi, instansi hingga lembaga menghadapi tantangan yang harus segera ditaklukkan. Tantangan itu meliputi, people challange—mencari individu yang memiliki keahlian khusus dalam mengolah data kompleks, dan technology challenge—menyinkronkan penggunan teknologi dalam menangani data bervolume besar.

Untuk menjawab tantangan itu, Budi menekankan pentingnya membentuk tim data scientist. Mereka adalah tim andalan pengolah big data yang memiliki keahlian di bidang statistik, bisnis komunikasi, dan TI. “Selain mampu mengolah big data, individu dengan latar belakang keilmuan tersebut bisa memilih teknologi mana yang pantas digunakan,” tutupnya. (jnt/rtn)