Membangun Reputasi dengan Kegiatan Komunitas

PRINDONESIA.CO | Selasa, 26/03/2019 | 5.689
Kegiatan aktivitas dapat membangun image dan reputasi perusahaan
Rizka/PR Indonesia

Bagi perusahaan, menjaga dan mengelola komunitas menjadi aktivitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Salah satu cara terampuh yang harus dilakukan adalah dengan senantisa melibatkan komunitas.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kegiatan komunitas merupakan bagian dari communication tools yang berperan antara lain menjembatani dan menghubungkan perusahaan dengan komunitas, meningkatkan brand awareness, menghasilkan dampak berkelanjutan, membangun image dan reputasi perusahaan, dan menumbuhkan loyalty.

Seperti yang diceritakan oleh Evi Andarini pada PR Meetup #19 di kantor Metro TV, Kamis (31/1/2019) , awalnya Bukalapak berkembang karena dukungan dari komunitas sepeda. “Kami besar karena komunitas sepeda yang didominasi pria. Hingga sekarang pengguna kami 70 persen adalah pria,” ungkapnya. “Kami juga mendukung inisiatif pelapak dalam membuat komunitas. Kopdar-nya kami yang fasilitasi,” ujar Evi. Untuk menghasilkan dampak yang berkelanjutan, pihaknya menunjuk satu orang ranger (sebutan untuk pelapak relawan) yang bertugas membina pelapak lain di suatu daerah.

Menurut Evi, sekarang sudah bukan saatnya lagi menunggu momen tepat. “Kita harus aktif menciptakan story,” terangnya. Contohnya dengan membuat video tentang pelapak di pedalaman yang sulit akses internet. “Hal ini bisa menjadi materi video dan siaran pers yang sifatnya timeless,” ujarnya. Audiens pun akan merasa terbawa suasana video tersebut.

Sedangkan Henny Puspitasari tidak memungkiri cikal bakal kegiatan komunitas di Metro TV bermula dari peristiwa tsunami Aceh. Waktu itu stasiun-stasiun TV marak dengan me too program yaitu program serupa namun namanya berbeda-beda. “Stasiun TV berita seperti kami diprediksi akan mati dalam waktu tiga tahun. Namun ketika tsunami terjadi, stasiun TV kami lah yang paling banyak disimak,” kenangnya. Dari sanalah muncul inisiasi Metro TV Berbagi sebagai bentuk kegiatan komunitas untuk korban bencana. Program ini bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, dan kebencanaan. Metro TV juga menjembatani informasi tsunami Aceh kepada pihak-pihak luar negeri sehingga bantuan-bantuan dari donatur dan lembaga nirlaba pun berdatangan.

Tentu hal ini tak hanya dapat membantu meringankan beban korban. Seiring berjalannya waktu, reputasi Metro TV sebagai stasiun TV berita pun terangkat, bahkan prediksi stasiun TV berita yang akan mati dalam kurun waktu tiga tahun tidak terbukti. “Kami dapat membuktikan dengan memproduksi program yang berbeda, kami dapat bertahan hingga saat ini,” ungkapnya. (rvh)